Mohon tunggu...
Yopiklau
Yopiklau Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka hal-hal sederhana

Banyak keajaiban tersembunyi dalam kesederhanaan

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Selain Tuhan, Siapa Lagi Yang Tulus Mencintaimu?

15 Januari 2025   15:50 Diperbarui: 15 Januari 2025   15:50 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesetian cinta alam tidak boleh hanya bertepuk sebelah tangan. Kita pun harus membalasnya. Maka ada beberapa hal yang perlu kita usahakan. Pertama, jangan menduakan alam. Alam perlu dicintai sebagaimana ia selalu setia mencintai kita. Alam perlu ada di pikiran dan hati kita. Alam jangan dibelakangkan, diduakan, apalagi dilupakan hingga dirusakkan. Merusak alam sama dengan merusak diri sendiri dan mematikan kehidupan. Alam harus menjadi nomor satu dalam perhatian kita. Kebersihannya, kelestariannya, dan keutuhannya adalah tanggung jawab kita sebagai tanda cinta kita kepadanya.

Kedua, menikmatinya tanpa menghancurkannya. Tendensi menikmati cinta alam sampai merusakkannya demi keegoisan kita harus segera dihentikan. Bukankah alam tidak pernah menolak untuk dinikmati demi kehidupan kita. Tapi alam akan menggugat apabila kita menikmatinya sampai menghancurkannya. Suatu waktu ia akan berbalik menghancurkan kita melalui bencana alam dan perubahan iklim yang ekstrim. 

Ketiga, sampaikan doa atas alam. Anda dan saya yang beriman perlu juga berdoa untuk alam semesta ini. Kita tidak cukup hanya berdoa untuk diri sendiri dan sesama manusia.  Kita harus memohon rahmat Tuhan untuk selalu menjadikan alam ini aman untuk kita diami. Doa itu akan sangat lengkap jika berbarengan dengan upaya kita untuk menjaga alam secara bertanggung jawab. 

Cinta alam sulit ditangkap dengan mata biasa, tapi cinta itu hanya bisa dialami jika kita membalasnya juga dengan cinta. Mari kita mengikuti cara William Hazlett: "Kami tidak melihat alam dengan mata kami, tetapi dengan pemahaman dan hati".

Kembali ke masalah awal, lebih baik menikmati hangatnya pelukan cinta alam daripada sibuk mengejar cinta yang berakhir kelam!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun