Hari Natal tinggal dua hari lagi. Persiapan menyambutnya sudah mendekati puncak. Semua orang kristiani pasti selalu menantikan perayaan ini. Momen natal menjadi kesempatan istimewa untuk bergembira. Mereka yang sudah lama tinggal terpisah dari keluarga sangat rindu untuk mudik ke kampung halamannya supaya bergembira bersama segenap anggota keluarga yang lain. Dalam keluarga masing-masing atau dalam kelompok tertentu biasanya ada perayaan natal bersama. Untuk itu sebelum natal, pasti ada persiapan finansial agar dompet penuh saat natal tiba.
Namun demikian, seringkali juga banyak orang kristiani yang terpaksa merayakan natal dalam keadaan dompet kosong. Uang tidak berhasil dikumpul sebelumnya karena habis untuk kebutuhan-kebutahan yang tidak bisa diabaikan. Akibatnya natal hanya diarayakan secara liturgis di gereja tanpa dilanjutkan dengan pesta di rumah. Saat seperti itu Natal menjadi sepi dan kurang membahagiakan sehingga terasa tidak lagi istimewa.
Apabila merenungkan sungguh-sungguh arti natal itu sendiri, seharusnya saya dan semua umat kristiani tetap bersukacita menyambut natal meskipun dompet sedang kosong. Perayaan Natal adalah perayaan setiap tahun bagi orang kristiani untuk memperingati peristiwa kelahiran Yesus 2000-an tahun yang lalu di sebuah kandang, di kota Betlehem. Mungkin sangat mengejutkan kita bahwa Yesus lahir di sebuah kandang ternak. Kok bisa? Pasalnya, tidak ada dari kita  yang dilahirkan di kandang seperti itu. Pada umumnya orang-orang sekarang lahir di rumah sakit atau di rumah yang nyaman. Lalu mengapa Yesus yang notabene adalah anak Allah justru lahir di kandang?
Secara kronlogis kita dapat mengetahui penyebabnya berdasarkan keterangan Kisah Kelahiran Yesus (Luk. 2:1-6). Ketika saatnya tiba bagi Maria untuk bersalin, Maria dan Yusuf sedang berada di Betlehem untuk mendaftarkan diri sesuai perintah Kaisar Agustus. Pendaftaran itu tentu saja diikuti oleh banyak orang dari berbagai tempat yang pergi ke daerah asalnya masing-masing sehingga penginapan-penginapan di Betlehem terisi semua.  Mungkin Maria  dan Yusuf terlambat tiba di Betlehem karena mereka tidak bisa berjalan dengan cepat mengingat waktu itu Maria sedang hamil besar. Tidak heran jika ketika sampai di Betlehem, mereka tidak berhasil mendapatkan penginapan yang kosong. Jadi penyebab kelahiran Yesus terjadi di kandang adalah karena semua penginapan sudah penuh.
Fakta penginapan penuh itu memberikan makna tersendiri bagi kita terkait kelahiran Yesus. Akibat penginapan penuh, Yesus tidak jadi lahir di dalam penginapan. Yesus memilih tempat lain yang masih mempunyai ruang kosong, meskipun itu adalah sebuah kandang.
‘Dompet penuh’ kiranya sejajar dengan 'penginapan penuh' untuk kita renungkan. Keduanya merupakan gambaran diri kita yang sebenarnya mau didatangi Yesus untuk menjadi tempat kelahirannya. Jika dulu Yesus gagal lahir di penginapan penuh, sekarang Ia juga bisa gagal lahir di 'dompet penuh' diri kita. Artinya, jika kita sudah penuh dengan segala hal, masihkah kita mau mempersilakan Yesus untuk lahir dalam diri kita? Kalaupun kita mau, Dia tidak akan bisa menempati diri kita karena tidak ada tempat dalam diri kita untuk kehadiranNya.
Karena itu, sesungguhnya kita perlu mempunyai sikap kenosis (pengosongan diri) untuk menyambut perayaan natal. Barangkali kita perlu secara ekstrim menantang diri masing-masing untuk melakukan pengosongan diri terlebih dahulu sebelum natal tiba. Kita mengosongkan kebanggaan kita pada kehebatan, kekayaan, kepintaran, pekerjaan mentereng, kecanggihan teknologi, relasi, dan apapun yang membuat kita merasa sudah penuh atau sudah aman menjalani kehidupan ini. Kepenuhan itu menjadikan kita tidak lagi membutuhkan Yesus untuk memenuhi semua yang kita perlukan dalam kehidupan kita. Natal kemudian hanya sekedar seremoni dengan hiasan kandang natal, lagu natal, pakaian natal, dan kue natal. Itu adalah perayaan yang  dangkal dan sama sekali tidak memberikan efek transformasi bagi diri kita.
Yesus lahir di dunia karena manusia tidak mempan diselamatkan hanya oleh pewartaan dan tindakan para nabi. Maka Allah mengutus PuteraNya sendiri untuk menjadi kepenuhan karya keselamatan Allah. Oleh karena itu, natal sejati adalah mengosongkan diri dari segala hal yang selama ini kita andalkan untuk menjalani hidup. Saatnya kita membiarkan Yesus yang mengisi diri kita agar Ia menjadi jalan, kebenaran, dan hidup. Yesus lahir dalam diri kita supaya kita menjadikanNya jalan yang benar sepanjang hidup kita menuju keselamatan.
Jadi, di mana Yesus bisa lahir? Di setiap diri yang mau menyediakan ruang kosong untuk kehadiranNya. Yesus tidak peduli apakah tempatnya indah atau berbau, yang penting tempat itu menyediakan ruang kosong bagi Dia. Diri kita yang kendatipun berlumur ‘bau’ dosa selama ini, Yesus tetap mau hadir. Seperti Yesus yang mau menumpang di rumah Zakeus meskipun ia adalah pemungut cukai yang dinilai banyak orang sebagai pendosa (Bdk. Luk. 19,1-10). Yang penting, saat Yesus menawarkan diri untuk hadir dalam diri kita, kita mau menerimaNya dan menyediakan tempat kosong untukNya.
Selamat menyongsong Natal bagi seluruh umat kristiani!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H