Mohon tunggu...
Yopiklau
Yopiklau Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka hal-hal sederhana

Banyak keajaiban tersembunyi dalam kesederhanaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Persatuan Bukan Penyeragaman (Refleksi Hari Sumpah Pemuda Bagi Persatuan Kabinet Merah Putih)

28 Oktober 2024   16:03 Diperbarui: 30 Oktober 2024   15:56 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Gambar:Pixabay)

Sumpah Persatuan Dalam Sumpah Pemuda

Setiap tanggal 28 Oktober bangsa Indonesia memperingati ikrar lantang Sugondo Djojopuspito dan teman-temannya yang tergabung dalam Kongres Pemuda II pada tanggal 28 Oktober 1928. Peristiwa itu telah terjadi 96 tahun silam. Namun, gema suara Sugondo Djojopuspito dan teman-temannya masih membahana hingga hari ini. Mengapa? Karena mereka melantangkan sumpah yang sangat vital untuk mempersiapkan kelahiran dan perjalanan panjang sebuah bangsa besar, bangsa Indonesia. 

Sumpah itu adalah sumpah persatuan demi Indonesia di masa depan. Mereka seolah berhasil menemukan 'senjata baru' yang lebih jitu untuk mengusir penjajah. Perlawanan terhadap penjajah sebelumnya dilakukan secara sporadis dengan persenjataan sederhana dan terbatas. Cara seperti itu terlalu lemah untuk menghadapi dahsyatnya kekuatan lawan. 

Jargon persatuan yang digaungkan dalam Sumpah Pemuda terbukti ampuh mengalahkan para penjajah. Memang, persatuan itu tidak terwujud secara instan. Dibutuhkan proses yang lumayan panjang untuk menuai hasilnya. Hal itu lantaran wilayah Indonesia yang sangat luas dengan komposisi masyarakatnya juga yang beragam. Untuk menyatukan semua perbedaan itu mereka harus mengorbankan tenaga, waktu, materi dan bahkan mengorbankan diri. 

Akhirnya 17 tahun kemudian, persatuan itu menghasilkan buah yang sangat nikmat yakni proklamasi kemerdekaan Indonesia. Beberapa bulan sebelumnya saat sidang persiapan kemerdekaan, para anggota BPUPK telah menjadikan tema persatuan sebagai tema kunci untuk mempersiapkan kelahiran bangsa Indonesia (Tedi Kholiludin, dkk: 2021). Soepomo misalnya menekankan pentingnya persatuan untuk mendasari pendirian bangunan baru bangsa Indonesia. 

Moh Yamin juga demikian. Saat perdebatan tentang bentuk negara Indonesia, Moh. Yamin berdiri di garis depan untuk menjadikan kesatuan sebagai bentuk negara Indonesia. Ia tahu persis bagaimana pentingnya persatuan bagi bangsa Indonesia. Yamin meneruskan semangat yang telah ia dan teman-temannya tanamkan sejak peristiwa Sumpah Pemuda. Ia tidak mau semangat itu hilang di tengah jalan. 

Bagai gayung bersambut, para pendiri bangsa dengan setia meneruskan semangat persatuan itu. Semangat yang berhasil menjadi rahasia kekuatan bangsa Indonesia hingga hari ini. Persatuanlah yang membuat bangsa ini mampu meredam berbagai pemberontakan pada awal kemerdekaan. Persatuan pulalah yang memungkinkan bangsa ini mampu melewati aneka krisis yang pernah melanda.

Ajakan Persatuan Dalam Kabinet Merah Putih

Belum lama ini, tepatnya pada tanggal 20 Oktober 2024 lalu MPR melantik presiden dan wakil presiden Indonesia yang baru yakni Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Tak berselang lama, para anggota kabinetnya pun dilantik oleh presiden dan didampingi wakil presiden. Total sebanyak 109 orang yang menjadi bagian Kabinet Merah Putih dalam pemerintahan Prabowo-Gibran. Sebuah kabinet dengan postur paling gemuk dalam sejarah kabinet Republik Indonesia. 

Pada sidang pertama Kabinet Merah Putih (Kamis, 24 Oktober 2024), Presiden Prabowo menyampaikan alasan penamaan merah putih sebagai nama kabinetnya. Ia menganggap merah putih menjadi ajakan perlunya persatuan seluruh anggota kabinet untuk menjaga dan mengelola kekayaan bangsa demi mencapai tujuan bangsa. Presiden Prabowo merujuk tujuan bangsa yang termuat dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun