Mohon tunggu...
Yopiklau
Yopiklau Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka hal-hal sederhana

Banyak keajaiban tersembunyi dalam kesederhanaan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar yang Membahagiakan Menurut Pandangan Aristoteles

15 Oktober 2024   17:05 Diperbarui: 23 Oktober 2024   18:52 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Gambar: Pixabay)

Apakah Anda tidak bahagia karena belajar? Anda menganggap belajar sebagai beban, belajar karena terpaksa, belajar kalau disuruh, belajar tidak bisa bertahan lama, dan belajar tanpa tujuan yang jelas. 

Itu semua adalah indikasi belajar yang tidak membahagiakan. Barangkali itu disebabkan karena Anda belum menemukan bagaimana solusi belajar yang membuat bahagia. Coba simak argumentasi Aristoteles tentang kebahagiaan. Mudah-mudahan Anda terbantu mendapatkan solusinya.

Berfokus Mengembangkan Bakat

Aristoteles menegaskan pentingnya pengembangan bakat untuk menggapai kebahagiaan. Bakat adalah kemampuaan alamiah seseorang sejak lahir. Namun, ada bakat yang tidak langsung terlihat sehingga harus ditumbuh-kembangkan dengan berlatih terus-menerus.  Hal yang dilatih adalah hal yang menarik perhatian. Hal yang menarik perhatian tentu membahagiakan. 

Belajar yang membahagiakan adalah belajar yang berupaya menumbuhkan dan mempertajam bakat diri. Anda tidak perlu membuang banyak waktu dan tenaga mempelajari semua hal. Fokus saja mempelajari hal-hal yang mendukung pengembangan bakat.

Jika Anda sedang bersekolah, Anda tidak perlu bersusah payah mempelajari semua mata pelajaran dengan harapan mendapatkan nilai sempurna dan diberi tepuk tangan. 

Anda boleh tekun mempelajari semua mata pelajaran dengan kesadaran bahwa semua itu membantu pengembangan bakat Anda. Titik fokusnya pada pelajaran yang sesuai bakat saja. 

Pelajaran lain hanya sebagai pendukung. Selama ini banyak siswa terpaksa mempelajari semua mata pelajaran akibat tekanan guru dan orangtua sebagai tim penilai. Siswa tidak sanggup menolak karena takut dianggap bodoh. Bukankah itu keterpaksaan semata? Keterpaksaan yang melenyapkan kebahagiaan.

Sebagai siswa atau sebagai apapun Anda, belajar dengan orientasi mengembangkan bakat adalah pintu masuk menuju kebahagiaan belajar. Anda memasuki sebuah aktivitas belajar berdasarkan rasa ketertarikan. Semakin lama Anda belajar, Anda akan larut dalam kebahagiaan. Tidak perlu disuruh atau dipaksa orang lain, Anda pasti bersemangat melakukannya.

Mengikuti Dorongan Nalar

Menurut Aristoteles, cara lain untuk membuat bahagia adalah mengikuti dorongan nalar. Belajar yang berpijak pada dorongan nalar adalah belajar yang terbuka pada pertanyaan dan tanggapan kritis. Semua ilmu, termasuk ilmu agama sekalipun harus dipertanyakan dan dikritisi. Seringkali proses belajar hanya menjadi ajang menghafal yang melelahkan dan membosankan. 

Enggan mempersoalkan ajaran yang mapan karena terancam berdosa. Akibatnya, proses belajar hanya jalan menuju kegalauan. Anda kenyang pengetahuan, tapi lapar kebahagiaan.

Dorongan nalar saat belajar harus dibiarkan merdeka. Ia tidak boleh dikekang hanya atas dasar kepatuhan. Merdeka belajar yang terus digauangkan saat ini harusnya merupakan ungkapan kemerdekaan berpikir. 

Bukankah kemerdekaan adalah tanda kebahagiaan? Anda tidak didorong untuk membangkang, tapi Anda membiarkan nalar Anda mencerap dan memilah setiap ilmu yang Anda pelajari. Pemilahan rasional sekurang-kurangnya mencegah penumpukan sampah ilmu pada memori. Kemudian, yang tersimpan dan terpakai hanya ilmu berkualitas untuk kebahagiaan. 

Berorientasi Sosial

Belajar yang membahagiakan juga bisa dicapai kalau belajar untuk tujuan sosial. Anda belajar sembari menyadari ketidaksendirian Anda lalu terbuka untuk menerima perbedaan. 

Kesadaran itu membantu Anda melihat perbedaan bukan sebagai ancaman keberadaan melainkan sebagai kenyataan kehidupan. Sikap penerimaan itu dapat melenyapkan kekhawatiran dan kecemasan. Hidup tanpa kekhawatiran dan kecemasan tentu merupakan hidup yang membahagiakan.

Melalui belajar yang berorientasi sosial ini Anda diharapkan terpacu untuk peduli pada orang lain dan seluruh alam. Kepedulian bukan hanya tentang rasa empati, tetapi terutama keterlibatan dan pemberian. 

Aneka ilmu yang Anda pelajari dimanfaatkan sepenuhnya untuk memperkaya seluruh kehidupan ini. Fakta membuktikan, banyak orang yang mengalami kebahagiaan setelah memberi. Yang penting memberi dari kebebasan dirinya, bukan paksaan orang lain. 

Itulah buah-buah pikiran Aristoteles untuk kebahagiaan belajar Anda. Silahkan dicoba!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun