Pada pukul 24.00 kami kembali lagi ke kantor kecamatan dan bertekad ini harus yang terakhir karena sangat membuang waktu apalagi sudah larut malam dan mata kami tidak kuat menahan rasa kantuk. Wajah kami sudah tidak sesegar di pagi hari dan mata kami sedikit memerah, sungguh hal yang sebenarnya tidak kami harapkan. Pengalaman yang sangat menggelikan karena baru kali ini kami membuat KTP di tengah malam. Kita seperti burung hantu kata ibu mertua saya dan serentak kami semua tertawa.
Ketika kami tiba ternyata antrian sudah mencapai nomor 1311 berarti giliran kami sudah dekat. Setengah jam menunggu kami akhirnya dipanggil agar segera masuk ke ruang tunggu. Ternyata kami tidak langsung difoto dan diambil sidik jari karena banyak warga yang telah menunggu di ruangan tersebut. Menunggu setengah jam lagi dan akhirnya kami semua mendapat giliran satu per satu untuk difoto, verifikasi data, diambil sidik jari dan tanda tangan. Pukul 02.00 semua proses sudah selesai, namun kami harus menunggu lagi karena ibu mertua saya yang tampaknya kelelahan belum keluar dari ruang foto. Setelah dicek ternyata sidik jarinya tidak terbaca mesin, dan prosesnya harus diulang terus. Mungkin warna kunyit yang masih membekas di tangan karena sebelumnya beliau memasak gulai mengaburkan sidik jarinya. Kami berkelakar ternyata menunggu ibu lebih lama dari mengantri :-)
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H