Mohon tunggu...
Yohana Rosari
Yohana Rosari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Jambi

Saya merupakan mahasiswi Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Jambi. Saya menyukai travelling dan kegiatan seru lainnya

Selanjutnya

Tutup

Financial

Pengaruh Perdagangan Internasional Terhadap Nilai Tukar Rupiah

11 Juni 2024   09:29 Diperbarui: 11 Juni 2024   09:57 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang kita ketahui perdagangan internasional merupakan suatu kegiatan transaksi jual beli suatu barang atau jasa melalui ekspor impor dengan negara asing dengan melakukan pembayaran menggunakan mata uang asing . Perdagangan Internasional ini biasanya bersifat mutualisme atau biasa disebut saling menguntungkan. Kenapa hal tersebut bisa disebut mutualisme? Hal ini dikarenakan perdagangan internasional membuat suatu negara dapat memperluas pasar mereka masing-masing dan juga negara lain dapat menaikkan potensi sumber daya negara mereka sendiri dan mengakses sumber daya dari negara lain yang tidak mereka miliki di negaranya sendiri. Akan tetapi, perdagangan internasional juga dapat meningkatkan persaingan menjadi lebih ketat dan juga dapat mempengaruhi sektor-sektor industri yang berada di negara lain.

Bagaimana teori terjadinya perdagangan internasional? Beberapa tokoh telah mengemukakan teori tentang terjadinya perdagangan internasional, dua diantaranya adalah Adam Smith dan David Ricardo. Yang pertama adalah Theory of Absolute Advantage yang dikemukakan oleh Adam Smith. Menurut teori ini, jika suatu negara dapat menciptakan barang dan jasa yang tidak dapat diciptakan oleh negara lain, maka negara tersebut dianggap mempunyai keunggulan absolut atas negara tersebut. Seperti contoh, Indonesia yang mampu memproduksi batubara dan karet, dan Jepang yang mampu memproduksi mobil. Meskipun Jepang tidak memiliki sumber daya batubara dan karet, produksi mobil masih dapat dilakukan. Dari situlah dimulai perdagangan internasional antara Indonesia dan Jepang.

Kemudian yang kedua adalah Theory of Comparative Advantage yang dikemukakan oleh David Ricardo. Menurut David Ricardo, keunggulan komparatif suatu negara adalah kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa dengan lebih efisien dan lebih murah dibandingkan dengan negara lain. Contohnya adalah kerjasama antara Indonesia dan Malaysia dalam memanfaatkan tenaga kerja untuk input produksi garmen.  

Negara berkembang seperti Indonesia mengekspor produk yang nilai keekonomiannya masih rendah, namun di sisi lain mengimpor produk dari negara maju dengan harga tinggi. Dalam kondisi seperti ini, Indonesia perlu menyeimbangkan diri dengan negara-negara maju dengan  meningkatkan volume ekspor  dan meningkatkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia.

Ekspor adalah perdagangan melalui penjualan barang dari dalam suatu negara ke luar negeri. Ekspor suatu negara  dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain harga domestik di negara tujuan harga impor di negara tujuan, pendapatan per kapita  penduduk negara tujuan, preferensi penduduk negara tujuan, dan nilai  tukar mata uang antar negara.

Perubahan volume ekspor tidak selalu sesuai dengan perubahan nilai tukar rill . Penurunan nilai tukar riil mengakibatkan produk dalam negeri dijual dengan harga lebih rendah dan ekspor lebih tinggi. Kenaikan harga relatif barang luar negeri (REER) akan menyebabkan masyarakat membeli barang dalam negeri, yang berdampak positif pada ekspor.  Peningkatan nilai tukar riil (devaluasi) juga membuat produk menjadi lebih murah di pasar dunia dan dapat meningkatkan ekspor.

Perubahan volume ekspor relatif terhadap perubahan nilai tukar riil belum tentu positif. Sebab, besaran ekspor sangat dipengaruhi oleh harga pasar  internasional. Nilai tukar riil juga dapat berdampak negatif pada  volume  ekspor. hal ini disebabkan karena penurunan nilai tukar riil tidak dapat  direspon segera dengan  perubahan kuantitas ekspor, maka perubahan permintaan ekspor memerlukan waktu untuk penyesuaian.

Kemudian, besarnya perubahan volume  ekspor juga dapat mempengaruhi daya  saing antar negara. Salah satu kemungkinan hubungan antara nilai tukar dan suku bunga  dapat diperoleh dari teori paritas suku bunga. Teori paritas suku bunga mengasumsikan bahwa investasi keuangan yang disebabkan oleh perbedaan  suku bunga  antar negara dapat menyebabkan perubahan nilai tukar. Perbedaan tingkat suku bunga antara pergerakan modal asing dan dalam negeri akan menyebabkan penurunan nilai mata uang domestik karena depresiasi nilai relatif, dengan asumsi pergerakan modal sempurna. Dalam kasus khusus ini, perubahan transaksi keuangan diakibatkan oleh perubahan nilai tukar.

Ketika  pasar memaksa perubahan suku bunga atau nilai tukar, arbitrase perlindungan suku bunga tidak mungkin lagi dilakukan. Dalam situasi ini terjadi keseimbangan antara paritas bunga dan faktor lainnya yang disebut dengan interest parity. Jika nilai tukar riil terdevaluasi, permintaan impor akan terkena dampak negatif. Hal ini disebabkan karena penurunan nilai tukar riil menyebabkan penurunan daya beli masyarakat terhadap barang-barang luar negeri yang pada akhirnya menyebabkan penurunan impor.

Ketika harga relatif  barang luar negeri meningkat,  masyarakat di luar negeri  mengalihkan pengeluarannya untuk membeli barang dalam negeri, sehingga mengurangi jumlah impor. Oleh karena itu, tingkat inflasi Indonesia pada tahun 2000 hingga tahun 2016 tergolong inflasi sedang, yang menunjukkan bahwa masyarakat tidak memiliki kecenderungan untuk membeli barang dari negara lain.  Kenaikan produk dalam negeri yang tidak terlalu tinggi ini membuat masyarakat harus mengimpor barang dalam negeri dari luar negeri agar tidak terlalu melemahkan nilai tukar rupiah.

Inflasi periode 2000-2016 tidak berdampak signifikan terhadap nilai tukar Rupiah  karena tergolong inflasi sedang ketika sampai di Indonesia. Berdasarkan hasil regresi, inflasi terbukti memberikan dampak negatif. Artinya pergerakan rupiah akan melemah akibat kenaikan inflasi. Dampak inflasi terhadap pergerakan nilai tukar rupiah disebabkan oleh peningkatan inflasi yang tajam sehingga turut menurunkan kapasitas ekspor  negara  sehingga  mengurangi pasokan devisa dalam negeri. Akibat inflasi yang tinggi, masyarakat cenderung menarik tabungannya di bank dan berinvestasi pada nilai tukar dolar AS, sehingga mengakibatkan penurunan pasokan mata uang asing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun