Pada pagi hari mereka bangun  kepala sekolah ini masih penasaran dengan pertanyaannya. Ia mondar mandir mencari jawaban dalam hati dan pikiran, namun tidak ada jawaban yang muncul yang menenangkan hati dan pikirannya. Akhirnya ia memberanikan diri dan  bertanya kepada gurunya.Â
Dan akhirnya gurunya itu menjawab: ‘ engkau telah melakukan yang baik,dengan memberikan pertolongan kepada orang lain sesungguhnya orang itu sudah berbahagia. Dan engkau telah melaksanakannaya maka orang akan senang dengan kepemimpinanmu. Jika kita memimpin dengan rendah hati dan tidak pernah menyombongkan diri maka guru dan siswa akan senang dan berbangga dengan kita.Â
Guru dan siswa akan nyaman dalam melaksanakan tugas. Jadi kita jangan hanya merasa simpati saja pada orang lain tetapi juga harus merasa empati. Artinya turut merasakan apa yang dialami oleh orang lain. Mendengar jawaban itu hati Kepala sekolah tenang. Ia puas mendengar jawaban itu. Ia segera pulang dan berjanji bahwa ia akan memerintah dengan bijaksana dan rendah hati.
   Ceritera Pendek ini mengajarkan kepada kita, ketika kita jadi pemimpin maka kita tidak boleh lupa bahwa kita diciptakan berbeda-beda tugas dalam dunia ini untuk kita saling menolong.  Kita diberi tugas dan tanggungjawab masing- masing untuk saling melengkapi.  Bayangkan kalau kita semua jadi pemimpin maka siapa yang akan dipimpin ?Â
Oleh karena itu sadarlah bahwa kepemimpinan yang dipercayakan kepadamu bukan untuk menindas bawahan. Jadilah pemimpin yang baik pada masamu sehingga setelah lewat masa kepemimpinanmu engkau masih dihargai dan dingat oleh bawahanmu.Â
   Hidup ini adalah kesempatan untuk berbuat baik. Kita jangan menghitung untung dan rugi. Jangan memilih-milih teman atau membedakan orang lain. Tetapi hiduplah dalam kasih.
  "Apa arti hidup jika tidak memberi manfaat bagi orang lain "
  ( Johan wolfgang von Goesthe,penulis puisi dan drama asal Jerman )