Mohon tunggu...
Yohana Artha Uly
Yohana Artha Uly Mohon Tunggu... -

belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lagu Membentuk Karakter Anak

29 Oktober 2014   21:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:15 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena hilangnya lagu anak-anak di masa kini sudah tidak asing lagi bagi kita. Dominasi lagu dewasa dalam peindustrian musik mengharuskan generasi anak-anak masa kini ikut mengkonsumsi lagu tersebut. Menyanyikan tanpa mengerti arti lagu dan baik-buruk lagu tersebut mereka telan mentah-mentah.

Bagi kita yang lahir di tahun 90’an pastilah sangat miris melihat perkembangan industri musik masa kini. Pasalnya, di tahun 90’an lagu anak-anak beredar luas di perindustrian musik dan kita bisa menikmati lagu-lagu yang sesuai kondisi dan kebutuhan kita sebagai anak-anak. Bernyanyi gembira bersama teman-teman tanpa peduli apa itu patah hati karena cinta.

Ketika melihat anak-anak menyanyikan lagu orang dewasa mungkin terlihat lucu, ekspresi wajah yang polos dan cara berbicara yang kurang jelas membuat mereka terlihat menggemaskan. Tapi jauh daripada “menggemaskan” tersebut, anak-anak sedang dihadapkan persoalan hilangnya kesempatan mereka untuk mengenal dunia secara psikologis mereka. Anak-anak memiliki tingkat ingin tahu yang besar dan daya ingat yang sangat tinggi, sehingga ketika mereka menyanyikan lagu orang dewasa, mereka akan bertanya-tanya mengenai istilah-istilah dalam syair lagu tersebut dan terus akan mengingatnya. Padahal pada masa itu, anak-anak belum waktunya untuk mengetahui bahkan memikirkan apa yang terjadi pada kehidupan orang dewasa sehingga hal ini menggangu psikologis mereka yang seharusnya hanya perlu bermain dan belajar sesuai kebutuhan mereka.

Tak bisa dipungkiri bahwa lagu menjadi salah satu alat mendidik anak yang efektif, melalui musik akan lebih mudah untuk otak anak mengintrepetasi dan mengingat lebih lama lagu tersebut, oleh karena itu penting untuk lagu anak-anak berisikan hal-hal yang positif. Sehingga tidak mengherankan ketika anak-anak  lebih mudah menghafal nama-nama hari dengan dinyanyikan dan mengahafal abjad a hingga z dengan dinyayikan.  Lagu menolong anak -anak untuk lebih mudah belajar mengenal benda, bentuk, warna, binatang, membaca, berhitung dan berbagai pengetahuan tentang dunia luar disekitarnya.

Menurut Endraswara (2009: 66) lagu anak adalah lagu yang bersifat riang dan mencerminkan etik luhur. Lagu anak merupakan lagu yang biasa dinyanyikan anak-anak, sedangkan syair lagu anak-anak berisi hal-hal sederhana yang biasanya dilakukan oleh anak-anak (Murtono dkk,. 2007: 45). Pada masa anak-anak perlu diajarkan moral yang baik, sehingga syair lagu anak biasanya bercerita mengenai cinta kasih pada sesama, Tuhan, keluarga, keindahan alam, kebesaran Tuhan yang ditulis dengan bahasa yang sederhana sesuai dengan alam pikir anak-anak. Sehingga lagu berperan penting untuk menolong anak-anak untuk mengenal lingkungan sekitarnya dan membentuk karakternya.

Melihat pentingnya lagu-lagu anak bagi karakter anak, maka kita sebagai orang dewasa harus mengembalikan apa yang mereka butuhkan. Industri musik saat ini tidak mendukung kebutuhan anak-anak, para pemodal hanya memikirkan pasar dan keuntungan, oleh karena itu kita sebagai orang dewasa (kakak, ayah, ibu, tante, om, guru dan  lain-lain) harus berperan aktif untuk memberikan lagu-lagu anak pada anak kita. Kita dapat mendownload lagu anak-anak jaman dulu atau lagu anak-anak pada masa kini yang tidak terpublikasi media, sehingga mereka dapat menikmati lagu yang sesuai dengan psikologis mereka. Mengawasi anak-anak dan menyaring  lagu orang dewasa untuk mereka nyanyikan juga menjadi tanggung jawab kita. Kita harus benar-benar mengatur media massa yang mereka gunakan, mendampingi dan memberikan pengertian mengapa lagu “a” tidak baik dinyanyikan sedangkan lagu “b” baik untuk mereka nyanyikan.

Kita telah menikmati masa kanak-kanak dengan lagu-lagu sesuai kebutuhan kita, kini kita berutang pada generasi anak masa kini yang saat ini tidak dapat menikmati seperti apa yang dahulu kita nikmati. Mari memenuhi kebutuhan mereka, sehingga adik kita, keponakan kita, bahkan anak kita tak perlu mengerti mengapa orang dewasa “sakitnya tuh disini”, tak perlu bertanya “bapak mana? bapak mana..” yang tanpa makna, dan tak perlu mengerti mengapa “hujan” membuat para serigala dan drakula jatuh cinta. Mereka hanya perlu mengerti ketika “bangun tidur” mereka harus membereskan tempat tidur mereka, hanya perlu mengetahui “kasih ibu” kepada mereka yang hanya memberi tak harap kembali, dan hanya perlu menyadari kebesaran Tuhan melukiskan “pelangi-pelangi” yang alangkah indahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun