Secara filosofi, pendidikan itu tidak sekedar untuk mendapatkan pekerjaan (careersm) tetapi untuk menegakkan humanisme demi terbentuknya insan kamil atau manusia seutuhnya. Sayangnya dunia pendidikan melupakan tujuan utamanya yaitu, mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara SILMUTAN & SEIMBANG sehingga jika dunia pendidikan tidak adanya balance antara pengetahuan dan pengembangan sikap/nilai akan terjadinya reaksi penyimpangan seperti korupsi, kolusi, nepotisme, dan perbuatan yang merugikan bangsa.Â
Banyak generasi-generasi atau individu yang memiliki kebanggan yang luar biasa terhadap kekhususan ilmunya namun efek dari kebanggan yang berlebihan ini membuat mereka seperti kuda yang ditutup matanya. Yakni individu-individu yang yang menjalani kehidupan sehari-hari dengan egois, merasa hebat sendiri, tidak peduli akan dunia sekitar. dan asosial.
Contoh saja jika kalian melihat teman-teman atau individu lain yang pintar di kelas, selalu juara, dan banyak prestasi lainnya namun dalam berperilaku dia sangat egois, tidak memiliki empati, suka membully, merasa dirinya lebih tinggi, merendahkan orang lain dan akhlak nya jauh sekali dari ilmu yang di dapatkan nya.Â
Perlu kita ingat tujuan sistem pendidikan di Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Semua yang kita lalui sejak kita di bangku SD, SMP, SMA/K, dan Perguruan tinggi mempunyai satu tujuan yang sama yaitu menjadikan manusia yang seutuhnya. Apakah kalian sudah menjadi manusia yang utuh selama proses pendidikan yang kalian jalani?
Fakta di lapangannya dunia pendidikan benar-benar meremehkan nilai-nilai kemanusiaan, memgapa saya berani berkata demikian? karena banyak sekali perilaku-perilaku yang menyimpang  selama pembelajaran. Contohnya seorang siswa/mahasiswa yang berperilaku curang untuk mendapatkan nilai yang bagus, mereka rela menghalalkan segala cara tanpa memikirkan nya dua kali dan berfikiran sempit bahkan ada juga yang harus menginjak kepala orang lain agar dapat berdiri tegap diatasnya.Â
Inilah sisi gelap dunia pendidikan, ada beberapa guru yang selalu berkata "Kalian tidak boleh mencontek dan kalian harus jujur saat menjawab soal" faktanya ketika seorang siswa yang tidak jujur dalam mengerjakan soal dan mendapatkan nilai A lebih di hargai dibandingkan siswa yang jujur dalam mengerjakan soal namun nilai yang si peroleh B akhirnya siswa yang mendapatkan B yang tidak mendapatkan apresiasi akan berfikir bahwa kejujuran itu tidak penting yang penting hasil yang di peroleh.
Sungguh sangat di sayangkan jika semua siswa dan mahasiswa berfikiran seperti ini, kita selalu lupa untuk menghargai prosesnya bukan hasilnya karena hasil sudah pasti di tentukan oleh proses. Banyak lagi contoh-contoh lainnya seperti bullying yang di anggap sebuah candaan oleh gurunya, pilih kasih terhadap pemberian nilai, bersain dengan tidak sehat, dll.
Padahal pendidikan umum didalamnya terdapat pendidikan nilai juga yang dimana pendidikan nilai adalah gagasan atau konsep yang penting dalam hidup dan dipandang sebagai pedoman hidup. Nilai juga memberikan makna terhadap sesuatu dalam kehidupannnya, seperti pemaknaan atas segala sesuatu yang dianggap baik atau tidak baik, berguna atau tidak berguna, penting atau tidak penting, dan benar atau tidak benar. Apa yang telah di kemukakan oleh Frondizi (hal.12; 2001) bahwa nilai memiliki polaritas dan hirearki.Â
Polaritas berarti menampilkan diri dalam 2 aspek, yaitu positif dan negatif dan hirearki secara tingkatan yaitu nilai yang tertinggi (utama) sampai yang terendah (tidak diutamakan) dalam hidup seseorang. Melalui pendidikan nilai seseorang diajak untuk menentukan nilai tertinggi yang menjadi pegangan dirinya. Pada pandangan Prof. Notonegoro terdapat tiga nilai yaitu nilai material, nilai vital, dan yang terakhir nilai kerohanian.Â
Nilai vital adalah untuk hal yang berguna bagi manusia dalam aktivitasnya, Nilai material, segala sesuatu yang berguna bagi jasmani atau kebutuhan ragawi, dan nilai kerohanian meliputi nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia, nilai keindahan dan nilai estetis bersumber pada unsur manusia, Nilai kebaikan dan nilai moral bersumber pada unsur kehendak (karsa) manusia, dan nilai religius (agama) yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
Apakah kalian sudah paham tujuan pendidikan seharusnya bagaimana atau kaget ternyata memang banyak penyimpangan yang selama ini kalian lihat dalam proses menjadi manusia yang terdidik. Pendidikan itu adalah hal yang penting sangat penting bahkan lebih penting dari segalanya, namun jika instasi pendidikan tidak mengupayakan bahkan tidak berhasilnya dalam mencapai tujuannya maka kita dan generasi lainnya akan menjadi produk yang memiliki standar bagus tapi tidak yang terbaik.
Ilmu pengetahuan dan pengembangan sikap/nilai harus selaras tidak berat sebelah karena sesuatu yang berlebihan tidak baik, satu hal lagi yang harus di ingat ilmu pengetahuan yang kalian dapatkan adalah pemberian yang terindah dari Tuhan  bahkan mahal harganya tapi jika tidak digunakan dengan bijak maka bisa mendatangkan petaka. Seperti kekayaan ditangan yang salah akan mendatangkan kemiskinan tapi kekayaan akan menghasilkan keberkahan ditangan yang bijak.
Akal Budi, jangan pakai akalnya aja tapi budinya juga dipakai.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI