Saya  Dedikasikan untuk Sobat-sobat Cilik.
Anthony Winarto dan semua sahabat JT di Citra Akademia Raya, Kawasan Education Centre
Sederhana itu indah.
Bahagia itu sederhana?
Untuk menjadi bahagia tidaklah serumit yang kita bayangkan. Cukup dengan mensyukuri segala yang terjadi dalam hidup, kita akan menemukan hekekat kebahagiaan.
Semudah itukah?
Entalah...
Dalam beberapa kasus banyak orang meragukan cinta seorang ayah berkebutuhan khusus kepada anaknya. Mereka meragukan bahwa anaknya tidak akan memperoleh kebahagiaan. Sebagian orang mengakuinya, itu adalah benar. Namun sebagian orang berpikir bahwa itu adalah bullshit.
Tetapi kalau kita sungguh mencermati kebahagian yang dirasakan oleh anak-anak berkebutuhan khusus, maka kita ikut merasakan kebahagiaan tak terhingga yang kita lewatkan.
Lalu apakah karena mereka disebut sebagai anak berkebutuhan khusus, mereka kehilangan kesempatan untuk merasakan kebahagiaan? Apakah mereka tidak bahagia? Apakah mereka tidak bisa untuk mencintai orang-orang disekitarnya? Beberapa orang yang saya mintai pendapatnya mengatakan bahwa, mereka yang dengan keterbelakangan mental tidak tahu caranya untuk mencintai, tidak tahu bagaimana menyalurkan kasih, tidak tahu cara memberikan kebahagiaan kepada orang yang mereka sayangi.
Mungkin benar, bahwa mereka yang terdiagnosa memiliki kebutuhan khusus tidak sehebat orang yang meraih medali emas karena kepintarannya. Tetapi realita kehidupan menunjukkan dengan jelas bahwa kemampuan intelektual seseorang tidak ada hubungannya dengan kemampuan mereka untuk mencintai.
Mereka pintar untuk memperoleh kebahagiaan hidup.
Dalam kesederhanaan, mereka menunjukkan bagaimana cara mencapai kebahagiaan.
Mereka menunjukan kepekaan mereka yang tulus kepada setiap orang yang mereka jumpai, kepada siapa saja tanpa harus mengetahui latar belakangnya.
Dalam banyak hal mereka lebih pintar dari Sigmund Freud
Dalam banyak hal mereka lebih pintar dari Robin Williams
Dalam banyak hal mereka lebih pintar dari temannya yang meraih medali emas.
Iaaaa, mereka sangat pintar walau bukan diukur dari tingkat intelegencenya.
Mereka tidak suka memakai topeng pada wajah mereka. Sebaliknya mereka lebih menyukai menjadi diri mereka yang apa adanya.
Mereka selalu berusaha untuk membuat orang disekitar mereka tersenyum manis.
Mereka berusaha dan memikirkan bagaimana caranya membuat orang lain merasa senang. Mereka tahu cara mengajarkan kesabaran, mereka juga tahu cara mengucap syukur. Â
Mereka tahu bagaimana mendengarkan keluhan orang yang dijumpainya dan berusaha mendengarkan walau tidak bisa mendengar lagi.
Dalam kesederhanaan mereka mengajarkan sesuatu yang tidak diajarkan di pendidikan formal.
Dalam kesederhanaan mereka melukiskan cinta kepada setiap orang yang datang menjumpai mereka.
Terima kasih sobat cilikku.
Salam kangen dari bu Goan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI