Mohon tunggu...
YOGYANTORO
YOGYANTORO Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Penulis

Lahir di Trenggalek, 02 Mei 1985. Alumnus Universitas Negeri Malang, Malang, STKIP PGRI Tulungagung, Tulungagung dan Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keterkaitan Antara Peran Guru Sebagai Coach di Sekolah dengan Pembelajaran Berdiferensiasi dan PSE

20 Mei 2023   23:56 Diperbarui: 21 Mei 2023   08:07 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Virtual Conference dengan Fasilitator Pemandu

Saya menyadari bahwa kita perlu menguasai kompetensi inti coaching seperti

-kesadaran penuh (presence)

-mendengarkan aktif

-mengajukan pertanyaan berbobot.

Ketiga-tiganya perlu kita kaitkan dengan kematangan diri kita sebagaimana kerangka kompetensi pembelajaran sosial dan emosional CASEL yang menggunakan pendekatan sistematis dan menekankan pada pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang tepat serta terkoordinasi untuk meningkatkan pembelajaran akademik, sosial, dan emosional semua murid.

Bagi saya,upaya untuk terus meningkatkan Kesadaran Penuh (mindfulness) saya sebagai guru akan berperan sebagai dasar penguatan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional. Pada prinsipnya praktik kesadaran penuh merupakan segala aktivitas yang kita lakukan secara sadar. Apapun bentuk aktivitasnya - yang ditekankan adalah perhatian yang diberikan saat melakukan aktivitas tersebut. Meski demikian, terdapat juga praktik-praktik terpadu yang dikemas secara khusus untuk membantu kita. Praktik paling mendasar dan sederhana adalah melatih dan menyadari napas. Salah satu teknik melatih napas adalah Teknik STOP. Teknik ini dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, dan tanpa membutuhkan peralatan. STOP terdiri dari stop,take a breath, observe and proceed.

Kerangka Pembelajaran Sosial Emosional berbasis kesadaran penuh dalam mewujudkan kesejahteraan psikologis (well-being) yang diadaptasi dari piramida K-For-Catanese (dalam Hawkins, 2017) yang menjelaskan bahwa kesadaran penuh dapat menciptakan kesejahteraan sosial dan emosional.  Kesejahteraan sosial dan emosi akan membuahkan well-being. Implementasi pembelajaran sosial emosional di kelas dan sekolah melalui 4 indikator, yaitu: pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, dan penguatan pembelajaran sosial emosional pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah.  Penerapan pembelajaran sosial dan emosional tidak hanya mencakup ruang lingkup kelas dan sekolah, namun juga melibatkan keluarga dan komunitas. Hal ini sejalan dengan prinsip pendidikan Tri Sentra (Tiga Pusat Pendidikan) salah satu gagasan Ki Hajar Dewantara yang menerangkan bahwa pendidikan berlangsung di tiga lingkungan yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Dengan kesadaran penuh (mindfulness) maka saya akan lebih mudah belajar tentang paradigma berpikir coaching yaitu:

fokus pada coachee

terbuka dan ingin tahu

memiliki kesadaran diri kuat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun