Selain tanah inceptisol, Kalimantan terdiri dari lahan kering, rawa lebak, lahan irigasi, rawa pasang surut, dan lahan hujan  yang membutuhkan sentuhan teknologi agar tidak sekadar menjadi lahan tidur.
Sedangkan tanah aluvial di Kalimantan juga berkurang tingkat kesuburannya. Penurunan kesuburan akibat penambangan batubara dapat diatasi dengan pemberian bahan organik dan introduksi cacing tanah. Banyaknya lahan di Kalimantan yang terbengkalai bahkan menjadi  rawan terbakar di musim kemarau menuntut kepedulian para pemuda milenial agar mengikuti jejak Krismen yang telah memulai bisnisnya di bidang pertanian sejak remaja. Bila pemuda-pemuda milenial mau berkiprah dengan teknologi dan mekanisasi mesin serta mengkombinasikannya dengan kearifan lokal pertanian tentu akan tercapai ketahanan pangan nasional yang kuat.Â
 Tanah Barito yang notabene berdekatan dengan calon ibukota negara (IKN) Indonesia yang baru di sebagian Kabupeten Penajam Paser Utara dan sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur bisa menjadi lumbung pangan.Â
Untuk menuju pertanian masa depan kolaborasi dengan bidang lain (transdisiplin) seperti bidang pariwisata sehingga terwujud agrowisata di tanah Barito merupakan sebuah peluang di tengah masyarakat perkotaan yang semakin modern.Â
Masyarakat perkotaan cenderung menerapkan gaya hidup (life style) ketofastofis dan vegetarian. Oleh karena itu, diperlukan pembentukan komunitas pengomposan agar senantiasa tersedia pupuk organik demi keberlangsungan pertanian organik.
Akhirnya, peran petani muda masa kini yang berani berlaga di dunia pertanian sangat dibutuhkan dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. Ini seirama dengan detak perjuangan Bung Karno bahwa pangan adalah hidup matinya suatu bangsa.
Bung Karno yang begitu memahami hal itu kemudian meletakkan batu pertama Fakultas Pertanian Universitas Indonesia yang berganti nama menjadi Institut Pertanian Bogor dan bukan Institut Perbankan Bogor, Institut Pewartaan Bogor, atau Institut Pesantren Bogor seperti yang (justru)  diplesetkan oleh  pemuda milenial Indonesia sendiri. Sarkastik!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H