Oleh karena itu, bangsa Indonesia menaruh harapan besar pada generasi muda milenial yang melek teknologi (techno-literate) yang siap melanjutkan tongkat estafet demi kemajuan pertanian di masa depan.Â
Bung Karno pernah berseru: "Pemuda bertani, berarti memilih untuk merdeka". Pemuda milenial produk vokasi harus bisa masuk ke dunia usaha atau industri pertanian dan harusnya mampu menjadi  qualified job creator yaitu menjadi petani mandiri dan membuka lapangan pekerjaan untuk pemuda-pemuda lainnya. Fenomena saat ini semakin banyak pemuda-pemuda Indonesia yang lebih memilih  menjadi job seeker (pencari pekerjaan) sebagai pegawai kantoran atau karyawan.
 Kita percaya di kepala pemuda milenial sejatinya tersimpan banyak ide kreatif dan inovatif dalam menghasilkan produk pertanian berdaya saing dan bernilai jual tinggi.Â
Regenerasi pemuda tampan masa kini (baca: petani), masih menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi Indonesia. Menjadi petani berarti menjadi ujung tombak kebutuhan pangan di tanah air Indonesia yang konon lahir dari rahim agraris dan maritim. Profesi petani selayaknya ditempatkan pada posisi terhormat dan terpandang.
Kita perlu berkaca dari negara maju seperti Jepang, Amerika, Belanda dan Australia dengan profesi petaninya yang selalu menjadi incaran para pemuda. Bahkan tak jarang mereka yang lulus dari jurusan non-pertanian sangat antusias dan berebut ingin menjadi petani.
Berbanding terbalik dengan Indonesia dengan para pemudanya yang minder jika harus menjadi petani. Â Indonesia sebagai negara berkembang belum bisa menyamai China yang juga masih dalam kategori negara berkembang dalam hal kemakmuran petaninya. Penghasilan rata-rata petani di China sekitar 10 Â jutaan.
Indonesia pun bisa seperti mereka apabila para pemuda milenial berani membangun desa dengan menjadi pelaku usaha baru. Pemerintah selalu hadir untuk menyejahterakan petani dan meningkatkan produksi.
Keberpihakan pemerintah dapat terlihat dari kuatnya bantuan pemerintah seperti melalui program upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (Upsus Pajale), subsidi pupuk dan benih, pembuatan embung, perbaikan irigasi, pemberian ribuan alsintan dan asuransi pertanian. Â
Pemerintah juga memiliki inisiatif awal yaitu memperluas lahan 1000 hektar untuk dijadikan korporasi pertanian. Semua dilakukan demi menjamin ketahanan, keamanan dan mutu pangan, ketersediaan bahan baku industri, daya saing dan kesejahteraan petani. Jika generasi muda masih tetap enggan mengolah lahan-lahan pertanian maka kebutuhan pangan pasti akan disuplai dari luar.
Omzetnya sekarang mencapai Rp. 25 juta sebulan. Tanah di Kalimantan memang tidak sesubur  pulau Jawa yang memiliki banyak tanah entisol dan grumusol karena memiliki gunung berapi.