Â
Karin adalah seorang gadis yang masih duduk di bangku 11 SMA, ia memiliki sifat yang baik hati, ramah dan penyabar, selain itu ia memiliki kelebihan yang jarang dimiliki oleh orang lain yaitu ingatan yang sangat kuat dan pandai dalam olahraga bela diri. Karena kelebihan yang ia miliki ia akhirnya menjadi siswa yang berprestasi. Namun setelah ibunya meninggal sifat Karin berubah 180 derajat, ia menjadi keras kepala dan juga berperilaku seperti preman. Karena sifatnya yang telah melampaui batas akhirnya ayahnya lepas tangan dan ia akhirnya di asuh oleh Neneknya hingga tumbuh dewasa, ia masih berperilaku seperti preman untuk menutupi kesedihannya. Namun, perlahan-lahan sifatnya berubah ia kembali menjadi Karin yang lebih baik. Hingga akhirnya, Karin berhasil menjadi dokter spesialis bedah saraf.
Di pagi hari yang cerah Karin terbangun dari tidurnya dan ia bersiap-siap untuk berangkat sekolah, sebelum berangkat sekolah Karin sarapan dengan ibunya dan ia bertanya "Mah kenapa kok tangan mamah lebam dan luka-luka?" tanya Karin. "Ohh ini tadi waktu mamah membersihkan lemari, tidak sengaja mamah menjatuhkan vas bunga dan akhirnya kena tangan mamah." Jawab mamah. "oh begitu mah, tapi lain kali hati-hati ya mah." Ucap Karin. "Iya Karin sayang, eh udah jam 7 nih kamu siap-siap buat berangkat sekolah ya." Ucap mamah. Karin pun bersiap-siap untuk pergi sekolah.
setibanya di sekolah ia belajar dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Ia bertanya-tanya mengapa langit yang tadi sangat cerah kini menjadi sangat gelap dan mendung, ia merasa gelisah dan tidak enak hati. "Perasaan langit tadi sangat cerah tapi sekarang sangat gelap, Semoga Tidak terjadi hal-hal buruk." Ucap Karin. Bel pulang pun berbunyi menandakan pembelajaran telah berakhir. Karin pun akhirnya pulang menuju rumahnya, namun setelah tibanya ia di depan gerbang rumahnya ia mendengar ibunya dan ayahnya sedang bertengkar, tak lama kemudian ayahnya mendorong ibunya hingga akhirnya ibunya terjatuh dan terbentur oleh meja yang menyebabkan ibunya tak sadarkan diri. Karin pun menangis dan menghampiri ibunya, dengan cepat ibu Karin dibawa ke rumah sakit oleh Ayah dan Karin. Di sepanjang jalan Karin terus menangis dan ia kesal kepada ayahnya, beberapa menit kemudian dokter keluar dan menyampaikan kabar buruk bahwa ibu Karin tidak dapat ditolong karena pendarahan yang dialami oleh ibunya, Karin yang mendengar kabar tersebut ia langsung merasa hancur dan tidak menerima keadaan ini.
Keesokan harinya Karin yang masih sangat hancur dan sedih mau tak mau harus menerima keadaan ini, ia mengantar ibunya ke tempat peristirahatan terakhir. Karena kejadian ini ia sangat kesal kepada ayahnya dan membuat hubungan Karin dan Ayahnya tidak sedekat seperti dulu lagi. Selain itu kejadian ini membuatnya stress dan frustasi karena ia mengetahui bahwa ayahnya telah memiliki pengganti ibunya, Â dan mereka akan segera menikah. Karin yang mengetahui hal itu membuatnya semakin kesal dan terpukul.
Beberapa bulan kemudian, setelah ayahnya menikah kembali, Karin kini menjadi anak yang kurang perhatian dan kurang kasih sayang, Ia berubah 180 derajat, Karin yang dulu terkenal baik hati kini ia berperilaku seperti preman, sering bertengkar, membantah, dan berperilaku seenaknya dan sesuka dia. Diapun beberapa kali telah berganti sekolah karena sering dikeluarkan dari sekolahnya karena sikapnya yang buruk dan sering membantah.
Suatu hari Karin kembali dipanggil ke ruang guru, Di dalam ruang guru, Karin duduk sambil mendengarkan lagunya menggunakan earphone. Bu Rosa wali kelas Karin masuk dan menyuruh Karin untuk mematikan musiknya sekarang, Karin hanya melirik sinis tak mendengarkannya, karena kekesalannya yang tak tertahankan Bu Rosa memukul Karin Menggunakan kumpulan map hingga Karin terjatuh dari kursinya. "Apa kau tuli? Bukankah saya menyuruhmu untuk melepas earphone mu?" teriak Bu Rosa kepada Karin. Karin yang terjatuh bangun menatap sinis pada Bu Rosa. "Mengapa kau melihat saya sinis, saya sangat sudah habis kesabaran menghadapi sikap mu, Sebenarnya saya tak ingin mengeluarkanmu dari sekolah, karena saya kasihan melihat ayahmu yang bekerja banting tulang demi kau dan beberapa kali ia berlutut kepada saya dan memohon agar kau tetap sekolah disini, tapi saya sudah menyerah. Kau keluar saja sana!!" Ucap Bu Rosa yang kesal, Akhirnya Karin keluar dengan kaki menendang kursi melampiaskan amarahnya. "Berhenti. Apa kau tak hormat padaku sebelum keluar?" Ucap Bu Rosa . "Aku bukan muridmu lagi."Jawab Karin dengan tatapan sinisnya.
Karinpun keluar dari ruang guru, dan ia melihat ayahnya yang sudah menunggunya, Karin jalan melewati ayahnya seakan-akan tidak melihat ayahnya, Ayah Karin memanggil Karin dan menyuruhnya naik mobil, namun Karin menolaknya. Dan ayahnyapun berkata "Kapan kau bisa berubah ? Kau pikir sampai kapan aku bisa terus menghidupimu?" Ucap Ayahnya kepada Karin. Akhirnya Karin masuk ke dalam mobil dengan rasa terpaksa, di dalam mobil ayahnya menasehati Karin namun Karin keras kepala dan menganggapnya angin lalu."Jika kau seperti ini tidak mau berubah, kau mau jadi apa kedepannya?"Ucap Ayah Karin. Karin memasang earphonenya dan mendengarkan lagu dengan menaikan volume sekeras-kerasnya, ia mengabaikan pembicaraan ayahnya. Karena sangat kesal ayahnya menarik earphone dari telinga Karin dan membuang earphonenya ke jalan. Karin yang sangat kesal memelototi ayahnya. "Kau lihat apa? kenapa kau melihat ayahmu seperti itu?"Ucap ayah sambil memukul Karin. Karin yang habis kesabaran ia menangis dan melawan ayahnya, "Kenapa kau tidak bunuh saja aku ? seperti kau membunuh ibu!" Ucap Karin dengan nada yang tinggi. Ayah Karin terdiam dan tak mampu berkata-kata, akhirnya ayah Karin melanjutkan perjalanannya.
Langit sudah sangat gelap, ayah Karin memberhentikan mobilnya di depan sebuah restoran, Karin yang masih tertidur tak sadar bahwa ia ternyata diantarkan ke rumah neneknya. Ayah Karin keluar dengan mengeluarkan barang-barang Karin, Karena mendengar suara yang bising Karin terbangun dan ia menyadari kalua ia ada di depan rumah neneknya. "Mengapa ayah mengantarku kesini dan mengeluarkan barang-barangku?" Tanya Karin. "Ini adalah akhir dari hubungan kita!" Jawab ayah dengan tegas. "Bukankah hubungan kita berakhir setelah wanita itu datang dan menginjakan kakinya di rumah?"Ucap Karin. "Kenapa kau panggil ibu tirimu seperti itu, karena sikapmu inilah membuatku habis kesabaran dan tak sanggup untuk merawatmu lagi. Kau tak usah temuiku lagi." Ucap ayah. Akhirnya Ayah Karin meninggalkan Karin dengan melempar amplop berisi uang kepada Karin. Karin yang sangat kesal tak sanggup menahan air matanya dan ia tak berhenti menangis. Mendengar suara tangisan, Nenek Karin keluar dan menghampiri Karin sembari memeluk Karin.
Nenek mengajak Karin untuk masuk ke dalam rumah dan menyiapkan makanan untuk Karin. "Sudahlah jangan menangis lagi, aku akan merawatmu dengan setulus hati tidak seperti ayahmu." Ucap nenek. Karinpun menghapus air matanya dan mulai menyantap makanan dengan lahap yang telah disediakan oleh nenek. Ketika Karin sedang makan nenek membahas Karin yang akan mulai sekolah besok di sekolah barunya, Karin meminta nenek untuk tidak membahasnya. Nenek tetap berusaha agar Karin mau sekolah dan ia berkata "Jika kau seperti ini terus orang akan menganggapmu sebagai preman dan kamu akan direndahkan."Ucap nenek. "Aku hanya perlu kuat agar aku tak direndahkan." Jawab Karin. Akhirnya pembicaraan itu diakhiri dan Karin telah selesai memakan makanan yang disajikan nenek, setelah makan Karin dan nenek bersiap untuk tidur karena hari makin malam.
Keesokan harinya Di suatu sekolah SMA ternama, siswa-siswi berjalan menuju sekolah dan kelasnya masing-masing, terlihat seorang guru mengayuh sepedahnya  dengan membawa patung struktur tubuh manusia di jok  belakang sepedahnya. "Selamat pagi anak-anak" sapa Pak Niko kepada anak-anak yang sedang berjalan, anak-anak menjawab "pagi pak." Jawab anak-anak. "Defi cepat ikuti saya" Ucap Pak Niko. "Baik pak." Jawab Defi . "Bapak minta tolong bawakan patung ini ke ruang laboratorium." "Baik pak, kalua begitu saya duluan ya pak." "Silahkan, terima kasih ya." "Iya pak sama-sama." Defi menuju ruang laboratorium dan melewati kelasnya, melihat Defi melewati kelas Alya sahabat Defi bergegas menghampiri Defi. "Defi mau kemana?" tanya Alya. "Aku mau ke ruang laboratorium buat menyimpan ini, bolehkah aku nitip tas?" Jawab Alya. "Boleh, sini kubantu."