Mohon tunggu...
Yogi Sinurat
Yogi Sinurat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berbagi inspirasi, pengetahuan, cerita, dan refleksi

Tulisan adalah jejak sekaligus nasihat yang kekal.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sisi Simbolis dari Upacara Mangalahat Horbo

31 Maret 2022   01:57 Diperbarui: 31 Maret 2022   02:08 2060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uskup Anicetus memimpin upacara Mangalahat Horbo | gettyimages/Robertus Rudyanto

Mangalahat Horbo adalah salah satu upacara penyucian diri dan penebusan dosa-dosa dalam budaya Batak Toba. Dengan demikian, mereka akan mendapatkan kemakmuran dalam kehidupannya.

Menarik mengenal dan mendalami kekhasan dari budaya lokal di Indonesia. Wawasan diperluas, moderasi dipererat, dan empati diasah. Demikianlah sekurang-kurangnya saya alami.

Akan tetapi, melihat kayanya Budaya dalam Negara Indonesia, maka tidak mungkin untuk memahami esensi dari setiap budaya seluruhnya. Di samping itu juga, setiap budaya memiliki kekhasan masing-masing.

Hanya, saya yakin bahwa setiap budaya memperdalam nilai rohani masing-masing. Upacara Mangalahat Horbo adalah salah satunya. Dengan Bertujuan untuk memperoleh penghapusan dosa dan kemakmuran dalam hidup, maka pastilah masyarakat itu tampak sebagai kelompok sosial yang bermartabat.

Istilah  Khas Batak Toba

Secara harafiah mangalahat horbo diartika sebagai  ‘menyembelih kerbau’.  Akan tetapi, ini bukan seperti konsep pada umumnya, seperti pemotongan hewan dalam acara pada umumnya.

Mangalahat Horbo adalah:

Salah satu upacara penyucian diri dan penebusan dosa-dosa dalam budaya Batak Toba. Dengan demikian, mereka akan mendapatkan kemakmuran dalam kehidupannya.

Tradisi Mangalahat Horbo dalam budaya Batak Toba dilatarbelakangi oleh sistem kepercayaan orang Batak Toba. 

Mereka percaya ada kekuatan besar yang melampaui segalanya yang disebut sebagai Ompung Mulajadi Na Bolon, yang dalam Bahasa Indonesia dapat diterjemahkan sebagai ‘Sang Pencipta Yang Agung”. Ia adalah pemberi segala sesuatu di dunia ini sedangkan Manusia adalah makhluk yang lemah dan sarat akan kekurangan dan dosa.

Pelaksanaan Mangalahat Horbo juga bukanlah upacara yang berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian dari rangkaian suatu acara. 

Upacara Mangalahat Horbo biasanya diadakan pada perayaan pesta panen, upacara kematian, kemenangan dalam perang, kelahiran raja, pemujaan Sombaon Na Martua Pusuk Buhit, mangase taon dan lain-lain. Pada zaman ini, upacara Mangalahat Horbo juga diadakan pada acara Festival Danau Toba.

Unsur-unsur dan Kandungan Simbolis dalam Mangalahat Horbo

Sebagai Upacara yang sakral, tentu segala peralatan yang dipakai pun tidak sembarangan, dan pastilah memiliki makna yang kuat. 

Horbo (Kerbau) 

Bagi orang Batak Toba, Kerbau adalah hewan yang paling tinggi derajatnya di antara heran-hewan lain. Horbo melambangkan kebesaran hati, kekuatan, kemakmuran, dll. Sifat umum kerbau tidak mau melawan dan mengikuti tuntunan gembalanya. Ini sangat masuk akal, karena kehidupan orang Batak Toba sendiri sangat dekat dengan horbo. 

Di samping itu,  horbo juga sebagai hewan peliharaan yang umum di daerah batak toba. Hal ini dapat dikaitkan dengan bentuk rumah tradisional Batak Toba yang memiliki tumbara, yakni ruang di bawah rumah panggung sebagai kandang untuk kerbau.

Dengan penghayatan itu, saya melihat bahwa sangat wajar jika kerbau menjadi kurban tertinggi. hal itu sama dengan kurban domba bagi masyarakat yahudi yang menggunakan domba sebagai kurban persembahan kepada Allah. 

Alasan logisnya ialah karena domba adalah hewan yang umum di tempat daerah itu maka sangat cocok sebagai kurban persembahan kepada Sang Pencipta Yang Agung. 

Borotan

Borotan adalah tiang di mana kerbau akan diikatkan dalam upacara Mangalahat Horbo. Borotan sendiri terdiri dari dua bagian, yakni Sarimarnaik dan Pacak-pacak. Sarimarnaik adalah kayu pilihan dari pohon beringin yang lurus dan diambil dari hutan. 

Kayu ini melambangkan sebagai hariara sudung dilangit. Pacak-pacak merupakan bagian atas dari borotan. Bagian ini dipenuhi oleh berbagai macam daun yang diyakini mempunyai khasiat sebagai obat, seperti baringin, jabijabi, motung, silinjuang, sisangkil, sipilit, rudang, meang, bagure dan lain sebagainya.

Sordak (Tombak)

Sordak merupakan alat yang digunakan untuk menombak kerbau kurban. Sordak terbuat dari sebatang bambu dengan panjang tujuh ruas (kira-kira dua meter) dengan ujung runcing. Namun kini sordak yang digunakan adalah tombak kayu dengan besi bermata runcing di ujungnya.

Keadaan saat ini

Upacara ini merupakan tradisi yang patut dilestarikan. Kearifan lokal yang terkandung hendaknya dijaga dengan baik. 

Hingga saat ini, memang upacara ini masih dilakukan meskipun tidak lagi sesering yang dulu. Upacara ini kian dikikis karena telah ada Perayaan Ekaristi yang diyakini kebanyakan orang batak sebagai perayaan iman penebusan dosa. 

Kurban yang dilakuakn oleh Yesus dalam konsep ajaran Kristen, membuat orang batak semakin mengimani upacara mangalahat horbo lagi. oleh karena itu, praktek mangalahat horbo ini dimaknai sebagai kekayaan budaya saja.

Akan tetapi itu semua berubah ketika pada 19/07/2020 Uskup Agung Anicetus B. Sinaga menjadi imam parmalim dalam melaksanakan upacara ini dalam Festifal Danau Toba. 

Uskup itu membuktikan bahwa upacara ini bukanlah ritual yang sesat menurut ajaran katolik namun dapat juga sebagai instriment untuk menghantar penghayatan pada Allah untuk selalu berharap berkat penebusan dosa dan kemakmuran dalam hidup.

Uskup Anicetus memimpin upacara Mangalahat Horbo | gettyimages/Robertus Rudyanto
Uskup Anicetus memimpin upacara Mangalahat Horbo | gettyimages/Robertus Rudyanto

Kendatipun Almarhum uskup itu menjelaskan demikian, akan tetapi konsep orang batak kini tetap saja bahwa upacara itu tidaklah menjadi upacara yang harus dilakukan lagi. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa tradisi ini merupakan kekayaan Budaya Batak Toba dalam Negara Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan dengan baik. Maka, semoga masyarakat yang bersangkutan dapat melestarikannya dengan baik.

Semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun