Mohon tunggu...
Sofie Marhamah
Sofie Marhamah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Ini Alasan Kenapa Warga DKI Jakarta Tidak Boleh Tertipu oleh Janji-janji

10 April 2017   10:21 Diperbarui: 10 April 2017   18:00 1191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari pencoblosan sudah dekat, para calon pun semakin bergegas memperebutkan suara yang masih mengambang. Masing-masing pasangan calon memberikan janji dan menunjukkan alasan kenapa mereka layak memimpin warga DKI Jakarta. Tidak bisa dipungkiri bahwa kedua pasangan calon pemimpin DKI Jakarta yang bertarung masing-masing memiliki solusi bagi permasalahan DKI Jakarta. Mereka berdua cukup mampu memberi harapan bagi perbaikan kehidupan warga.

Tapi, yang perlu diingat adalah mana di antara kedua pasangan calon tersebut yang benar-benar memiliki kepedulian atau mendadak peduli kepada rakyat kecil, mana yang berjanji dan berkata kosong. Anies-Sandi menawarkan banyak janji, itu wajar karena mereka belum mendapatkan kesempatan membuktikan janji-janji mereka. Tapi ketika Ahok-Djarot yang banyak mengumbar janji, itu tidak wajar sebab mereka adalah calon petahana yang telah diberi kesempatan untuk mewujudkan janji-janji mereka, tapi sebagian besar adalah tidak terbukti.

Ini alasan kenapa warga Jakarta harus lebih mawas dan tidak boleh tertipu oleh janji-janji manis Ahok-Djarot selama masa kampanye ini;

Pertama, mereka adalah calon petahana. Artinya, kampanye pada Pilkada DKI Jakarta tahun ini bukan lah ajang bagi mereka untuk memberi janji, tapi memaparkan apa yang telah mereka lakukan. Sayangnya, Ahok-Djarot malah lebih banyak mengumbar janji baru dan menggelontorkan program-program popular di akhir-akhir jabatannya, bahkan di musim Pilkada.

Kedua, Ahok-Djarot mendadak peduli rakyat kecil. Sebab, ketika mereka tengah berkuasa, pristiwa penggusuran banyak terjadi dan menyanyat hati banyak orang. Karena itu, program-program seperti bedah rumah, bantuan orang sakit dan lansia, bantuan fakir miskin, dan lain sebagainya adalah program-program dadakan yang tujuannya hanya untuk menutupi kekasaran dan pengabaian terhadap rakyat kecil pada lima tahun sebelumnya.

Ketiga, Ahok-Djarot suka menjilat ludah sendiri. Karena musim kampanye adalah masa di mana pasangan calon ingin mendulang banyak suara, maka perkataan mereka cenderung manis walaupu di masa-masa sebelumnya mereka menunjukkan sikap yang sebaliknya. Misalnya, Ahok-Djarot berulang kali mengatakan bahwa mereka ingin menghapuskan RT/RW di Jakarta, tapi hari ini mereka berjanji untuk memberi RT/RW gaji bulanan. Artinya, tidak ada konsistensi antara perkataan sebelum dan sekarang.

Keempat, Ahok-Djarot tidak peduli terhadap padangan masyarakat bahwa kebijakan mereka bermasalah. Misalnya, dalam kasus reklamasi teluk Jakarta. Para pemerhati lingkungan hidup dan masyarakat setempat berulang kali menunjukkan penentangan mereka terhadap kebijakan reklamasi AhoK-Djarot, tapi selalu diabaikan. Bahkan, yang diabaikan tidak hanya masyarakat, melainkan juga persoalan legalitas kebijakan tersebut. Terbukti, Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara membatalkan sebagian kebijakan reklamasi yang diputuskan Ahok-Djarot.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun