Mohon tunggu...
Yogi Pratama
Yogi Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas sebelas Maret

Writers,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ujian Nasional: Yang Lama Telah Kembali

5 Januari 2025   01:17 Diperbarui: 5 Januari 2025   01:17 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama bertahun-tahun, Ujian Nasional (UN) menjadi bagian penting dalam sistem pendidikan di Indonesia. Namun, pada 2020, kebijakan penghapusan UN mengejutkan banyak pihak. Langkah tersebut dilakukan sebagai respons terhadap kebutuhan akan sistem pendidikan yang lebih fleksibel dan relevan dengan perkembangan zaman. Kini, diskusi mengenai kembalinya ujian nasional dalam format baru mulai mencuat kembali, memunculkan beragam opini dan ekspektasi.  

Mengapa Ujian Nasional Dihapuskan?  

Penghapusan UN beberapa tahun lalu dilatarbelakangi oleh berbagai kritik yang telah lama menghantui pelaksanaannya. Salah satu kritik utama adalah bahwa UN terlalu berfokus pada pengukuran kemampuan kognitif melalui soal-soal pilihan ganda, sehingga mengabaikan aspek penting lain seperti keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan pengembangan karakter. Selain itu, tekanan berlebihan pada siswa untuk mencapai nilai tinggi sering kali menyebabkan stres dan mengesampingkan esensi pembelajaran yang sesungguhnya.  

Dalam konteks ini, penghapusan UN dinilai sebagai langkah progresif untuk mengarahkan pendidikan Indonesia ke jalur yang lebih humanis. Namun, absennya UN juga memunculkan kekhawatiran baru, seperti ketidakkonsistenan standar pendidikan antar daerah dan sulitnya menilai pencapaian siswa secara nasional.  

Format Baru Ujian Nasional: Apa yang Berbeda?

Diskusi mengenai kembalinya UN bukan berarti kita kembali ke pola lama. Justru, format baru yang dirancang bertujuan untuk mengatasi kelemahan sistem sebelumnya. Model ini diharapkan mengadopsi pendekatan yang lebih komprehensif, meliputi pengukuran kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills), seperti analisis, evaluasi, dan sintesis.  

Tidak hanya itu, ujian nasional baru ini dirancang untuk lebih inklusif, dengan mempertimbangkan keberagaman konteks pendidikan di Indonesia. Penilaian tidak hanya terfokus pada hasil akhir, tetapi juga proses belajar, termasuk penugasan berbasis proyek dan portofolio. Dengan demikian, siswa tidak hanya didorong untuk memahami materi secara mendalam, tetapi juga mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.  

Tantangan dan Kesiapan Sistem Pendidikan

Meskipun gagasan ini terdengar menjanjikan, implementasinya bukan tanpa tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah kesiapan infrastruktur pendidikan, terutama di daerah-daerah terpencil. Akses terhadap teknologi dan sumber belajar yang memadai menjadi kendala utama yang harus diatasi.  

Selain itu, perubahan ini membutuhkan pelatihan intensif bagi guru agar mereka dapat mengadaptasi metode pembelajaran sesuai dengan tuntutan ujian baru. Guru tidak lagi hanya berperan sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai fasilitator yang mampu membimbing siswa dalam berpikir kritis dan kreatif.  

Tidak kalah penting, peran orang tua dan masyarakat juga harus diperkuat. Mereka perlu memahami bahwa ujian nasional model baru bukan sekadar alat untuk mengukur nilai akademis, tetapi juga sebagai sarana untuk menilai kematangan berpikir dan keterampilan hidup anak-anak mereka.  

Harapan untuk Masa Depan Pendidikan Indonesia

Kembalinya ujian nasional dengan format baru adalah langkah yang dapat membuka jalan bagi pendidikan Indonesia yang lebih baik. Dengan pendekatan yang lebih holistik, diharapkan siswa tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan kemampuan untuk berkontribusi dalam masyarakat.  

Namun, keberhasilan langkah ini tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga pada kerja sama semua pihak, mulai dari guru, siswa, orang tua, hingga masyarakat luas. Reformasi pendidikan adalah tanggung jawab bersama yang memerlukan komitmen dan dukungan penuh dari semua elemen bangsa.  

Di tengah perubahan ini, kita semua perlu menanamkan optimisme bahwa pendidikan Indonesia sedang menuju arah yang lebih baik. Dengan dukungan dan kesiapan yang matang, ujian nasional model baru ini tidak hanya akan menjadi alat evaluasi, tetapi juga momentum untuk mencetak generasi penerus bangsa yang unggul, kompetitif, dan siap menghadapi tantangan global.  

Menunggu Hari Baru di Dunia Pendidikan  

Saat ini, Indonesia berada di persimpangan jalan untuk menentukan masa depan pendidikan yang lebih inklusif dan relevan. Kembalinya ujian nasional dengan format baru menjadi babak baru yang penuh harapan.  

Namun, perjalanan ini tentu membutuhkan waktu, usaha, dan kerja keras. Di sisi lain, ini juga menjadi kesempatan bagi kita untuk bersama-sama merenungkan apa yang sebenarnya ingin kita capai dari sistem pendidikan. Akankah kita hanya mencetak siswa yang pandai menjawab soal? Ataukah kita mampu menciptakan individu yang benar-benar siap untuk membangun masa depan bangsa?  

Dengan segala tantangan dan peluang yang ada, ujian nasional model baru ini bukan sekadar kebijakan, melainkan simbol harapan baru bagi dunia pendidikan Indonesia. Saatnya kita bersiap menyongsong perubahan ini dengan optimisme dan semangat untuk menciptakan pendidikan yang lebih bermakna bagi generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun