Mohon tunggu...
Yogi Pratama
Yogi Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas sebelas Maret

Writers,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Abad 21: Membangun Relasi Positif dengan Siswa Tanpa Harus Membentak

28 Oktober 2024   01:53 Diperbarui: 28 Oktober 2024   02:10 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era modern ini, peran guru mengalami perubahan yang signifikan, bukan hanya sebagai sumber pengetahuan, tetapi juga sebagai pendamping yang mendukung perkembangan karakter murid. Salah satu perubahan terbesar adalah pandangan bahwa guru tidak lagi boleh memarahi murid. Mengapa demikian? Apa yang membuat pendekatan ini relevan di zaman sekarang? Artikel ini akan membahas alasan-alasan tersebut serta cara baru yang lebih efektif dalam mendidik siswa.

1. Mengapa Memarahi Bukan Lagi Solusi?

Di masa lalu, pendekatan yang keras sering dianggap efektif untuk mendisiplinkan siswa. Namun, seiring berkembangnya ilmu psikologi dan pendidikan, kita memahami bahwa memarahi anak justru bisa berdampak buruk pada perkembangan emosional mereka. Anak-anak yang sering dimarahi bisa kehilangan rasa percaya diri, merasa cemas, atau bahkan mengalami trauma yang memengaruhi kinerja akademik mereka.

Di zaman modern ini, pendekatan yang lebih empatik dan penuh pengertian dianggap lebih relevan. Guru yang mampu berempati dan berusaha memahami alasan di balik perilaku murid cenderung lebih berhasil dalam membantu murid mengatasi masalah mereka. Ini adalah pendekatan yang tidak hanya meningkatkan prestasi akademik tetapi juga membentuk karakter positif pada siswa.

2. Pentingnya Pendidikan Emosional di Sekolah

Anak-anak saat ini menghadapi berbagai tantangan yang mungkin tidak dialami oleh generasi sebelumnya. Teknologi yang cepat berkembang, tekanan media sosial, dan persaingan akademik yang tinggi sering kali membuat mereka rentan terhadap stres. Karena itu, penting bagi guru untuk mengembangkan keterampilan sosial dan emosional siswa.

Memarahi siswa hanya akan memperburuk situasi. Sebaliknya, guru yang mampu mengendalikan emosi dan memberi contoh bagaimana menangani konflik dengan cara yang sehat akan memberikan pelajaran berharga bagi siswa. Dengan begitu, siswa belajar untuk mengatasi emosi mereka sendiri dan menjadi individu yang lebih tahan terhadap stres.

3. Membangun Hubungan Positif antara Guru dan Siswa

Hubungan yang positif antara guru dan siswa adalah salah satu faktor utama dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Murid yang merasa dihargai dan didengar cenderung lebih terbuka untuk belajar dan berkembang. Ketika seorang guru memarahi murid, itu dapat menciptakan jarak emosional antara guru dan siswa, sehingga murid merasa tidak nyaman atau bahkan takut untuk berinteraksi.

Sebaliknya, guru yang mendekati murid dengan pendekatan yang lebih lembut dan pengertian akan lebih mudah membangun hubungan positif. Hal ini tidak hanya meningkatkan minat siswa dalam belajar tetapi juga mendorong siswa untuk berperilaku lebih baik karena mereka merasa dihargai.

4. Mengganti Amarah dengan Pendekatan Disiplin Positif

Daripada memarahi, guru dapat menggunakan metode positive disiplin atau disiplin positif. Metode ini menekankan pada penjelasan dan pengertian mengenai perilaku yang diharapkan, serta memberikan konsekuensi yang sesuai tanpa melibatkan emosi negatif. Misalnya, jika seorang siswa melanggar aturan, guru bisa menjelaskan dampak dari tindakan tersebut dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperbaiki kesalahannya.

Pendekatan ini terbukti lebih efektif karena membantu siswa memahami alasan di balik aturan dan mengajarkan tanggung jawab. Selain itu, siswa belajar bahwa kesalahan adalah bagian dari proses belajar, bukan sesuatu yang harus ditakuti.

5. Tantangan dan Solusi dalam Menerapkan Pendekatan Baru

Tentu saja, menerapkan pendekatan tanpa marah bukan tanpa tantangan. Beberapa siswa mungkin masih menunjukkan perilaku yang sulit, dan ada kalanya guru merasa kesabaran mereka diuji. Namun, hal ini dapat diatasi dengan pelatihan bagi guru tentang teknik manajemen kelas yang modern, seperti *mindfulness*, komunikasi asertif, dan strategi penyelesaian konflik.

Sekolah juga perlu memberikan dukungan kepada guru melalui komunitas belajar yang memungkinkan mereka berbagi pengalaman dan strategi. Dengan begitu, guru tidak merasa sendirian dalam menghadapi tantangan ini dan bisa saling memberikan dukungan.

Menjadi Guru yang Dikenang Sepanjang Masa

Di era ini, menjadi seorang guru bukan hanya tentang memberikan materi pelajaran, tetapi juga membimbing siswa dengan penuh kasih dan pengertian. Guru yang tidak memarahi murid akan lebih mudah dikenang sepanjang masa karena mereka memberikan pelajaran hidup yang berharga. Siswa akan mengingat bagaimana mereka didengar, dipahami, dan didukung dalam masa-masa sulit.

Dengan mengadopsi pendekatan yang lebih empatik, kita dapat menciptakan generasi yang tidak hanya pintar secara akademik, tetapi juga memiliki kesehatan emosional yang baik. Jadi, mari kita sambut era baru pendidikan dengan menjadi guru yang mendampingi, bukan memarahi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun