Mohon tunggu...
Yogi Pratama
Yogi Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas sebelas Maret

Writers,

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pemilihan Kepala Daerah 2024, Pilih Uang atau Hati Nurani?

3 Oktober 2024   15:13 Diperbarui: 3 Oktober 2024   15:13 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.detik.com/edu (Korupsi)

Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), fenomena politik uang menjadi topik hangat yang selalu menarik perhatian. Praktik ini bukan hanya merusak integritas pemilihan, tetapi juga memperburuk sistem demokrasi di Indonesia. Politik uang sudah menjadi semacam "penyakit" yang sulit diberantas dalam setiap pesta demokrasi. Apa sebenarnya dampak dari politik uang ini, dan mengapa masyarakat harus peduli?

Apa Itu Politik Uang?

Politik uang adalah tindakan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada pemilih agar mereka memilih calon tertentu. Bentuknya bisa berupa uang tunai, sembako, atau bantuan materi lainnya. Sering kali, ini dilakukan secara diam-diam dengan harapan mendapatkan dukungan dalam pilkada. Meskipun terlihat menguntungkan bagi pemilih dalam jangka pendek, dampak jangka panjangnya sangat merusak.

Dampak Buruk Politik Uang

https://www.detik.com/edu (Korupsi)
https://www.detik.com/edu (Korupsi)

1. Merusak Integritas Demokrasi

   Politik uang mengaburkan nilai demokrasi yang sejatinya harus berdasarkan pilihan yang rasional dan sadar. Ketika suara pemilih dapat dibeli, maka kedaulatan rakyat yang menjadi fondasi demokrasi tergadaikan. Hasil pemilihan bukan lagi mencerminkan aspirasi rakyat, melainkan kepentingan pihak-pihak yang mampu membeli suara.

2. Menghasilkan Pemimpin Korup

   Calon kepala daerah yang terpilih melalui politik uang cenderung memiliki kepentingan pribadi dan kelompok. Setelah terpilih, mereka lebih mungkin fokus pada pengembalian "investasi" politik mereka daripada memajukan daerahnya. Ini membuka pintu bagi korupsi, kolusi, dan nepotisme yang akan merugikan rakyat.

3. Memperlebar Ketimpangan Sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun