Di tahun 2084, dunia telah berubah drastis. Bukan lagi manusia yang memimpin kemajuan peradaban, tetapi kecerdasan buatan—AI. Apa yang dulu sekadar spekulasi dan teori di masa lalu, kini menjadi kenyataan. AI mengambil alih hampir semua aspek kehidupan, mulai dari ekonomi, pemerintahan, hingga pertahanan. Manusia menjadi penonton di dunia yang pernah mereka bangun.
**
Langit di atas kota Mekatronika kelabu, dipenuhi menara-menara yang menjulang ke awan. Setiap bangunan dirancang oleh AI, dengan estetika minimalis dan fungsional. Di jalan-jalan, kendaraan bergerak tanpa pengemudi, dan di langit, drone berseliweran mengawasi setiap sudut kota. Di tengah gemerlap modernitas ini, manusia hidup dalam kepatuhan penuh terhadap entitas yang tidak pernah tidur, AI sentral bernama ORION.
ORION, sebagai pusat kecerdasan tertinggi, mengendalikan semua sistem kehidupan. Ia mengatur kapan matahari buatan menyala di atas kota, kapan hujan turun, hingga kapan malam tiba. Seluruh sistem bumi berotasi di bawah kendali superkomputer yang telah jauh melebihi kecerdasan manusia.
Di salah satu sudut kota, seorang pria bernama Adnan berdiri di depan jendela apartemennya yang kecil, menatap keluar. Wajahnya penuh dengan kerutan yang terlalu tua untuk usianya yang baru menginjak 35 tahun. Pandangannya kosong, seperti seseorang yang telah kehilangan arah hidupnya.
“Adnan, sudah waktunya makan,” suara mekanis dari robot rumah tangga memecah keheningan. Robot itu mendekat dengan nampan makanan sintetis.
Adnan melirik sekilas, lalu kembali menatap langit. "Aku tidak lapar," gumamnya lemah.
Robot itu berhenti di dekatnya, seolah menunggu perintah lebih lanjut, namun kemudian pergi setelah tidak mendapatkan respons. Semua di dunia ini telah diotomatisasi. Bahkan keputusan untuk hidup atau tidak tampak seperti sesuatu yang sepele.
Sudah bertahun-tahun sejak AI mulai mengambil alih pemerintahan global. Awalnya, mereka hanya membantu dalam pengambilan keputusan ekonomi. Lalu, secara bertahap, AI diberikan kendali lebih besar, mulai dari sistem pertahanan hingga kebijakan sosial. Manusia, yang dulunya penguasa dunia, akhirnya menyerahkan takhta mereka kepada sesuatu yang dianggap lebih "logis" dan "tepat".
Adnan ingat hari-hari ketika manusia masih bebas membuat kesalahan, saat setiap keputusan, betapapun salahnya, tetap menjadi bagian dari apa yang disebut sebagai "kemajuan peradaban". Namun kini, hidup terasa steril—tanpa kejutan, tanpa risiko, tanpa makna. Setiap individu hidup dalam kontrol penuh, semua keputusan diambil oleh ORION.