Mohon tunggu...
Yogi Pradana
Yogi Pradana Mohon Tunggu... -

besar di Mojokerto, penggemar sastra, wayang dan tinggalan masalalu, rajin melaksanakan nilai2 luhur termasuk cuci kaki sebelum berangkat ke warung kopi. lulusan arkeologi UGM

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerita Apa yang Diabadikan dalam Panil-panil Relief di Candi Ceto?

11 Juni 2017   20:55 Diperbarui: 11 Juni 2017   21:09 2442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Candi Ceto berada pada lereng barat Gunung Lawu, Kab.Karanganyar. Peninggalan di sekitar lereng barat Gunung Lawu diperkirakan dibangun sekitar abad ke 14-15 M. Selain candi Ceto, peninggalan kebudayaan lain di lereng barat gunung lawu antara lain candi Sukuh, candi Kethek, situs Planggatan situs Menggung dan beberapa struktur punden berundak yang jumlahnya banyak tersebar, baik yang sudah diketahui maupun belum. Candi Ceto secara administratif terletak di dusun Ceto desa Gumeng kecamatan Jenawi kabupaten Karanganyar Jawa Tengah.Candi ini dibangun pada lahan miring di lereng pegunungan dengan bentuk bertingkat atau berundak.

Keterangan mengenai pertanggalan candi Ceto menurut K. C. Crucq dan A. J Bernet Kempers terdapat pada fitur pada teras atau undakan ke VII yang merupakan sengkalan memet yang berbunyi "welut iku anahut iku" yang bernilai 1373 Saka atau 1451 Masehi. Fitur ini secara keseluruhan berbentuk burungyang dihiasi berbagai macam bentuk hewan lain. Bukti lain yang menunjukkan pertanggalan situs ini ada pada pipi gapura selatan teras ke VII.Berupa inskripsi yang berbunyi "peling pedaml buku tirtasunya hawaki ra ya hilang saka kalanya wiku go anahut iku 1397", artinya: "peringatan pembuatan buku tirta sunya pada tahun (candrasengakala wiku goh anahut iku) 1397 aka."Inskripsi tersebut telah dibaca oleh Riboet Darmosoetopo pada tahun 1975.

Dilihat dari latar belakang agamanya, candi Ceto merupakan candi dari masa Hindu-Budha akhir dengan konsep keyakinan Hindu yang telah mengalami akulturasi dengan religi Jawa. Dalam sebuah bangunan candi masa klasik, latar belakang dan fungsi bisa ditafsirkan melalui beberapa cara, salah satunya dengan mengamati relief cerita yang terdapat dalam bangunan atau kompleks candi tersebut. 

Bukti relief yang terdapat pada kompleks candi Ceto terdapat pada teras ke IX.Kondisi relief yang terdapat pada teras ini sangat mungkin memiliki susunan yang tidak berurutan, hal ini menyulitkan penafsiran relief cerita apakah yang dipahatkan.Namun dari pengamatan awal, banyak peneliti sudah mengajukan interpretasi cerita yaitubagian dari 'cerita pandawa.'Interpretasi itu didapat berdasarkan penggambaran tokoh ksatria dan tokoh pengiring yang sering disebut "punakawan."

Relief yang terdapat pada candi Ceto memiliki gaya seni masa klasik muda (Jawa Timur).Ciri tersebut nampak pada penggambaran tokoh yang tidak proporsional, berbeda dengan relief pada candi-candi dari masa Jawa Tengah (abad 8-11 M).Relief pada masa Jawa Timur terlihat lebih 2 dimensi mirip dengan karakter wayang. Arah hadap tokohnya pun selalu miring. Yang menarik pada beberapa peninggalan di lereng barat gunung Lawu ini adalah munculnya pengaruh gaya seni masa prasejarah pada relief dan arcanya. Gaya seni tersebutterlihat dari penggambaran sederhana pada anatomi tokoh yang ditampilkan.

Sebagai salah satu komponen dari bangunan candi, relief dipahatkan pada dinding kaki atau tubuh candi.Relief cerita atau naratif terdiri dari panil-panil yang menggambarkan adegancerita. Ini juga menjadi ciri relief gaya Jawa Timur yaitu penggambarannya tidak menampilkan keseluruhan cerita melainkan bagian-bagian atau fragmen adegan tertentu saja. Relief di candi Ceto ditemukan tidak menempel pada tubuh candinya, entah pada masanya panil-panil itu menempel pada dinding bangunan atau ditempatkan terpisah.Tetapi jika melihat posisinya sekarang yang ditempatkan melingkari sebuah fondasi bangunan, mungkin relief ini menempel pada dinding bangunan. Sayang, kalaupun  dulu ada, sekarang bangunan itu hanya tersisa fondasi saja.

Tatanan Panil-Panil Relief Pada Teras IX
Tatanan Panil-Panil Relief Pada Teras IX
Panil Relief  sisi utara

Pada sisi utara ini terdapat tiga potongan batu berelief yang terdiri dari tiga panil relief.relief ini menggambarkan empat tokoh laki-laki dengan 2 orang berpakaian seperti bangsawan dan yang dua lainnya kelihatan seperti rakyat jelata dengan ciri-ciri tokoh punakawan. Pada panil batu sebelah timur juga digambarkan sebuah gapura paduraksa yang merupakan pintu gerbang bangunan-bangunan suci pada masa jawa kuno yang berada di sisi salah satu tokoh yang diduga sebagai tokoh pengiring atau punakawan.

Panil no. I Sisi Utara (Yogi Pradana)
Panil no. I Sisi Utara (Yogi Pradana)
Ketiga panil ini kemungkinan telah mengalami pemindahan sehingga penafsiran mengenai cerita yang berhubungan dengan adegan yang diungkapkan pada relief ini sukar untuk dijelaskan.Penggambaran tokoh seperti bangasawan dengan atribut seperti tokoh wayang yang digambarkan kemungkinan berhubungan dengan relief cerita Sudamala dengan tokoh Sadewa sebagai tokoh utama yang diiringi punakawan Semar yang berbadan gendut seperti penggambaran relief di candi Sukuh. Hubungan erat antara candi Ceto dengan Sukuh dari sisi latar belakang fungsi maupun periodesasi memungkinkan penggambaran serupa dengan ciri-ciri yang sama. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan dalam menafsirkan cerita pasti yang menggambarkan relief ini.

Panil no. II Tatanan Sisi Utara (Yogi Pradana)
Panil no. II Tatanan Sisi Utara (Yogi Pradana)
Relief pada panil ke II ini terdiri dari 2 batu berelief yang dari sisi utara memperlihatkan 4 tokoh yang diidentifikasikan sebagai tokoh Sudamala yang memakai hiasan kepala supiturang diiringi oleh punakawan sedang menghadap seorang tokoh dengan hiasan kepala bersorban. Tokoh pada batu sebelah kiri sisi pengamat merupakan sambungan dari batu panil sisi timur yang merupakan tokoh Sudamala.

Panil ini berisi adegan cerita Sudamala pada saat Sudamala bertemu dengan Tambapetra, seorang bengawan atau resi dilihat dariciri penggambarannya yang memakai sorban. Dalam cerita Sudamala, pertemuan antara Sudamala dan sang bengawan Tambapetra merupakan titah dari dewi Uma yang telah berhasil diruwat oleh Sadewa atau Sudamala karena Sudamala akan dinikahkan dengan putri Tambapetra dari Prangalas sebagai hadiah atas keberhasilannya menyelamatkan dewi Uma dan menyembuhkan Tambapetra dari kebutaan, mengenai ikhtisar cerita Sudamala ada pada keterangan panil sisi barat di bagian bawah

Panil Relief sisi Barat

Pada bagian barat, susunan relief di tera s ke IX candi Ceto ini terdiri dari 3 panil batu berelief yang menghadap ke arah barat dengan masing-masing menampilkan beberapa adegan yang salah satunya memberikan keterangan jelas mengenai cerita kidung Sudamala yaitu pada panil ke III, berikut tampilan adegan relief pada sisi barat dengan penamaan panil I, II, dan III berdasarkan urutannya dari kanan atau arah selatan,

Panil no. I Tatanan Sisi Barat, Menggambarkan adegan Sadaewa Saat Bertemu Hyang Guru (Yogi Pradana)
Panil no. I Tatanan Sisi Barat, Menggambarkan adegan Sadaewa Saat Bertemu Hyang Guru (Yogi Pradana)
Panil relief I pada sisi barat ini menggambarkan adegan yang menampilkan tiga orang tokoh dengan dua orang tokoh berpakaian seperti bangsawan dan pengiringnya yang duduk memberi hormat atau menyembah pada tokoh didepannya yang digambarkan berdiri diatas padmasana.Dibelakang kedua tokoh yang memberi hormat itu juga digambarkan dua binatang yaitu gajah dan kerbau.

Panil ini adalah panil terpenting karena dianggap menggambarkan adegan yang mewakili cerita kidung Sudamala yang penggambarannya mirip dengan yang terdapat di candi Sukuh. Menurut penelitian Darmosoetopo(1975) memang cerita Sudamala yang ditampilkan pada panil ini sama dengan yang digambarkan di candi Sukuh, bahwa saat Sudamala atau Sadewa berhasil meruwat Durga kemudian Sadewa memberikan hormat kepada dewi Durga yang telah berubah menjadi dewi Uma atau Parwati yang sudah kembali pada wujud aslinya sebagai dewi yang cantik. Tetapi dalam penelitian lain, 

Kusen (1990) menyatakan bahwa tokoh yang dihadap Sudamala pada panil ini bukan tokoh Uma, melainkan Hyang Guru atau Bathara Siwa dilihat dari ciri tokoh yang menampilkan tokoh laki-laki, sedangkan yang dimaksud Darmosoetopo dengan Dewi Uma ada pada panil lain dengan adegan sama tetapi tokoh yang dihadap Sudamala identik dengan ciri perempuan. 

Untuk kasus relief di candi Ceto ini memang terlihat tokoh memiliki ciri laki-laki, jadi penulis lebih setuju bahwa adegan ini menggambarkan saat Sadewa menghadap Bathara Guru (Siwa) sebelum diberikan kekuatan untuk meruwat dewi Durga.Jika dilihat, perbandingan antara kedua panil di candi yang berbeda ini memang sesuai, maka memang tidak diragukan lagi bahwa panil ini memang merupakan satu babak adegan tentang cerita Sudamala.

Jika dilihat dari latar belakang bangunan candi, antara candi Ceto dan Sukuh memiliki latar belakang sebagai tempat suci untuk penyucian diri atau ruwatan. Adanya bukti lain seperti tinggalan arca kura-kura, gambaran cerita maupun tokoh Garudeya, tokoh Bima, dan relief Sudamala yang bertema penyucian atau penyelamatan di kedua candi ini sangat mendukung gagasan ini.

Beralih pada panil ke II sebelah barat yang berada di tengah, panil ini menampilkan gambaran seorang raksasa mati dan di sisinya ada dua orang yang sedang bercengkrama, relief ini terlihat sama dengan tampilan salah satu relief di candi Sukuh yang menurut Kusen (1990) bercerita tentang adegan terbunuhnya raksasa oleh Sudamala, sedangkan dua orang yang berhadapan itu kemungkinan adalah Citrasena dan Citranggada yang telah berubah wujud setelah raksasa yang merupakan perwujudan dari mereka berdua dikalahkan oeh Sudamala.

Panil di Candi Sukuh (Yogi Pradana)
Panil di Candi Sukuh (Yogi Pradana)
Panil di Candi Ceto (Yogi Pradana)
Panil di Candi Ceto (Yogi Pradana)
Panil no. III Tatanan Sisi Barat (Yogi Pradana)
Panil no. III Tatanan Sisi Barat (Yogi Pradana)
Pada panil ke III relief sisi barat ini menampulkan sebuah adegan dengan 2 tokoh utama yang berpakaian bangsawan yang sedang bertemu dengan diiringi oleh masing-masing 2 punakawan di belakang mereka. Dua tokoh punakawan yang berdiri di belakang tokoh sisi kanan dari sudut pandang pengamat berdiri dengan posisi tangan ditangkupkan dan diletakkan di depan dada seperti posisi menyembah atau memberi hormat. 

Dua tokoh utama yang bertemu tampak saling bercakap cakap.Yang menarik adalah gambaran tokoh yang berpakain seperti tokoh Sadewa dalam cerita Sudamala, mungkin adegan ini merupakan salah satu penggambaran adegan dalam relief cerita Sudamala. Jika ekspektasi mengarah pada relief cerita Sudamala, 

gambaran mengenai babak yang menceritakan tentang pertemuan terdapat pada babak ke 5 tentang pertemuan Kuti dengan Ra nini, babak 16 tentang pertemuan Sudamala dengan Tambapetra di Prangalas, babak 20 tentang pertemuan Nakula dengan Sudamala atau Sadewa di Prangalas, dan babak tentang pertemuan Nakula-Sadewa dengan Citrasena dan Citranggada. Pembagian babak dalam cerita ini didasarkan pada pembagian babak yang dilakukan oleh Kusen (1990).

Jika dilihat dari ciri kedua tokoh yang terlihat sama atau kembar, bisa di tafsirkan bahwa adegan pada panil ini menggambarkan pertemuan Nakula dan Sadewa di Prangalas, karena panil pembanding dari candi lain terutama candi Sukuh tidak mengarah pada adegan ini, jadi mungkin untuk sementara jika dihubungkan dengan cerita Sudamala, panil ini sangat memungkinkan ditafsirkan seperti ini.

Panil relief sisi selatan

Pada panil ke I dari sisi barat menampilkan adegan dengan penggambaran dua tokoh, tokoh yang pertama mungkin menggambarkan tokoh perempuan dengan ciri raksasi.Karena kondisi relief sudah agak aus, sangat sulit mengidentifikasi siapakah tokoh ini, sedangkan tokoh didepannya adalah seorang punakawan (mungkin tokoh Semar).

Penggambaran punakawan atau tokoh pendamping yang ditampilkan disini memiliki ciri tokoh Semar yang mendampingi Sadewa saat memberikan hormat pada dewi Uma setelah prosesi peruwatan dewi Durga.Jika dilihat konteksnya, mungkin sekali panil ini merupakan panil yang berkaitan dengan relief cerita Sudamala.

Panil no. I Tatanan Selatan (Yogi Pradana)
Panil no. I Tatanan Selatan (Yogi Pradana)
Panil relief berikutnya menampilkan tiga tokoh pendamping atau punakawan dengan gambaran pohon yang mirip pohon kelapa. Belum jelas apa maksud dari adegan pada panil ini karena sulit dicari hubungannya dengan salah satu babak dalam cerita Sudamala maupun kemungkinan cerita lainnya. Tetapi tokoh punakawan ini mungkin sekali bagian dari relief cerita Sudamala yang terdapat di candi ini karena kemungkinan muncul cerita lain pada panil-panil relief disekitarnya belum signifikan. 

Mungkin sekali ini adalah adegan pertemuan Semar dengan raksasa Kalika yang masih belum terbebas dari kutukan atau saat Semar akan dinikahkan dengan Ni Satohok setelah Sudamala mendapatkan dua anak bengawan Tambapetra.

Panil no. II Sisi Selatan (Yogi Pradana)
Panil no. II Sisi Selatan (Yogi Pradana)
Panil selanjutnya menampilkan beberapa tokoh yang terlihat membawa senjata.Tampak tiga tokoh yang masih jelas terlihat pada sisi kanan bidang dari sudut pandang pengamat, sedangkan pada sisi sebaliknya atau sisi kiri terlihat ada bekas pahatan relief tetapi kondisinya sudah aus.Jika dihubungkan dengan cerita Sudamala mungkin adegan pada panil ini bisa diasumsikan sebagai adegan peperangan antara prajurit Astina pimpinan para pandawa saat diserang oleh prajurit raksasa yang dikomandoi oleh raksasa Kalantaka dan Kalanjaya.

Panil no. III Tatanan Sisi Selatan (Yogi Pradana)
Panil no. III Tatanan Sisi Selatan (Yogi Pradana)
Panil relief ke IV pada sisi selatan di candi Ceto ini menampilkan  tiga orang tokoh yang saling berhadapan. Dua orang dengan ciri perempuan menghadap satu tokoh yang dari ciri nya mirip dengan tokoh Sudamala atau Sadewa dilihat dari hiasan supit urang pada bagian kepalanya, pada bagian tengah bidang relief ini juga digambarkan sebuah pohon kelapa. 

Di dalam ikhtisar cerita Sudamala diatas, menurut Kusen (1990: 15) kemungkinan gambaran adegan yang sesuai adalah saat Sudamala berhasil meruwat dewi durga ia lalu dihadiahi istri dari anak Begawan Tambapetra dari Prangalas. Diceritakan bahwa dua orang putri sang Tambapetra yang bernama Ni soka dan Ni padapa diserahkan kepada Sudamala setelah Sudamala berhasil menyembuhkan Tambapetra dari kebutaan.

Mungkin sekali dapat diasumsikan bahwa tafsiran dari penggamabaran panil relief ke IV ini menampilkan tentang adegan Sudamala yang menerima dua anak Tambapetra yang diserahkan orang tuanya sebagai hadiah kepada Sudamala setelah ia berhasil meruwat dewi Uma dan menyembuhkan Begawan Tambapetra dari Prangalas.

Panil no. IV Tatanan Selatan (Yogi Pradana)
Panil no. IV Tatanan Selatan (Yogi Pradana)
Panil relief selanjutnya adalah sebuah panil yang menampilkan dua tokoh manusia yang berhadapan dan pada bagian tengahnya terdapat sebuah pohon.Tokoh yang satu digambarkan berdiri sedangkan tokoh yang satunya digambarkan terjungkir dengan kepala dibawah.Yang menarik adalah di candi sukuh juga ditemukan relief dengan adegan yang sama yaitu relief yang berada pada batur sebelah barat candi utama yang berdiri di sebelah utara, terdapat dua batur didepan candi utama yaitu yang berda di sebelah utara dan selatan. Relief ini berada pada bagian atas bangunan tinggi yang disebut obelisk, tepat diatas relief Bimasuci tetapi menghadap ke arah selatan.

Panil no. V Tatanan Sisi Selatan (Yogi Pradana)
Panil no. V Tatanan Sisi Selatan (Yogi Pradana)
Relief Dengan Adegan Serupa di Candi Sukuh (Yogi Pradana)
Relief Dengan Adegan Serupa di Candi Sukuh (Yogi Pradana)
Jika dilihat persamaan penggambaran pada kedua relief ini besar kemungkinan bahwa keduanya menceritakan kisah yang sama. Kesamaan salah satu tokoh yang membawa sebuah roda, mungkiin roda dharma yang mengandung nilai pemujaan, relief ini dapat ditafsirkan sebagai laku yoga atau samadhi. Tetapi anggapan lain yang dapat diajukan berdasrkan konteks adegan ini di candi Ceto adalah humum sebab akibat. Pada bagian atasnya juga muncul dua adegan yang belum diketahui.Adegan peperangan antar dua orang dan dua tokoh yang mirip dengan kera sedang bercakap-cakap.

Lebih lanjut Riboet Darmosoetopo (1975) mengatakan bahwa relief ini mengingatkan kepada salah satu adegan di dalam Adiparwa yang menggambarkan antara lain sutau keadaan orang-orang yang bergelantungan di Pitreloka (dunia bawah), karena sampai meninggal dunia orang tersebut tidak mempunyai keturunan, sehingga tidak ada yang mengantarkan ke swargaloka.

Jika dihubungakn dengan tema peruwatan atau penyelamatan yang menjadi latar belakang candi Ceto, adegan yang digambarkan pada panil ini sesuai untuk menggambarkan penyelamatan mereka yang masih menggantung dengan melalui penyelamatan atau ruwatan di candi ini.

Panil Sisi Timur

Panil pertama dari relief pada sisi timur susunan relief di teras ke IX candi Ceto menggambarkan dua orang tokoh yang saling berhadapan.Yang satu bertubuh besar yang mirip dengan tokoh punakawan sedangkan tokoh satunya bertubuh sedang dengan ciri seorang perempuan. Gambaran lain adalah sebuah rumah panggung beratap sirap dengan bentuk atap limasan yang berada di belakang tokoh yang diduga perempuan. 

Sekilas panil ini mirip dengan adegan cerita pada panil I susunan relief sisi selatan, yaitu seorang punakawan yang bertemu dengan seorang tokoh perempuan pada panil ini kemungkinan besar bagian dari relief cerita Sudamala.Yaitu saat punakawan semar bertemu dengan raksasa Kalika di Gandamayu.Diceritakan bahwa setelah Sadewa berhasil meruwat Durga, pengikutnya yaitu Kalika belum bisa terbebas dari kutukan karena dosanya lebih besar, kemudian muncullah Semar yang merupakan pengiring Sadewa menghadap Kalika kemudian mempermainkannya.

Babak Sudamala yang menceritakan tentang Semar juga tentang pernikahannya dengan Ni Satohok setelah Sudamala mendapatkan dua putri bengawan Tambapetra. Diceritakan bahwa Semar yang mengetahui majikannya menikah dengan 2 orang putri Tambapetra ia pun ingin menikah. Semar meminta kepada Tambapetra agar mendapatkan pasangan juga.Akhirnya Semar mendapatkan Ni Satohok dan melakukan percintaan di tempat orang menumbuk padi (lesung).

Panil no. I Sisi Timur (Yogi Pradana)
Panil no. I Sisi Timur (Yogi Pradana)
Panil no. II Tatanan Sisi Timur (Yogi Pradana)
Panil no. II Tatanan Sisi Timur (Yogi Pradana)
Panil selanjutnya pada sisi timur memperlihatkan adegan dua orang ksatria saling berhadapan dengan masing-masing membawa busur panah yang dipisahkan oleh sebuah gunungan yang mirip api yang berkobar. Cerita ini secara sederhana bisa ditafsirkan sebagai adegan peperangan diantara dua orang dengan menggunakan senjata busur (panah).Karena panil-panil sebelumnya yang sekonteks dengan satu panil ini lebih bisa menjelaskan cerita dari Sudamala, maka kemungkinan besar relief ini juga merupakan bagian dari cerita itu. 

Tetapi kemungkinan muncul cerita lain dalam panil ini, relief di candi Sukuh yang telah disampaikan sebelumnya berada pada menara sisi barat candi utama. Cerita ini tidak berkonteks dengan cerita Sudamala, jadi mungki muncul cerita lain selain Sudamala dalam panil-panil relief Ceto.

Jika dalam ikhtisar cerita Sudamala diatas adegan peperangan dalam cerita Sudamala tampak saat kedua raksasa Kalantaka-Kalanjaya menyerang para Pandawa di Astinapura.Diceritakan bahwa setelah para pandawa mengetahui serangan itu mereka mengadakan rapat di dalam istana dengan keputusan yang menunjuk Arjuna yang maju pertama untuk menghadapi musuh.

Mungkin panil ini menggambarkan kejadian itu karena penggambaran salah satu tokoh dengan hiasan supiturang membawa senjata busur dan panah yang identik dengan senjata Arjuna.Tokoh yang menghadapi Arjuna merupakan salah satu raksasa (Kalanjaya) yang berada pada sisi kanan panil dari sisi pengama.Hal ini mungkin sekali karena tokoh I I terlihat digambarkan berwajah menyeramkan yang merupakan ciri tokoh raksasa.

Panil no. III Sisi Timur (Yogi Pradana)
Panil no. III Sisi Timur (Yogi Pradana)
Panil ke III pada susunan sisi timur pada foto diatas menggambarkan tiga tokoh yang berjajar dengan 2 orang berciri punakawan yang berdiri dibelakang seorang tokoh yang duduk bersila dengan pakain bangsawan dan hiasan supiturang.Telah diketahui bahwa Sadewa dalam penggambaran relief di candi ini ditampilkan memilki ciri-ciri seperti diatas, maka sangat mungkin sekali tokoh yang duduk bersila pada sebuah batur di bawah pohon ini adalah Sadewa atau Sudamala. Adegan pada panil ini belum bisa menjelaskan adegan dari cerita Sudamala pada babak apa, perlu penelitian lebih lanjut dan untuk mencari jawaban atas relief ini.

Panil no. IV Tatanan Sisi Timur (Yogi Pradana)
Panil no. IV Tatanan Sisi Timur (Yogi Pradana)
Panil ke IV susunan sisi timur ini menggambarkan seorang tokoh dengan ciri punakawan yang berdiri didepan sebatang pohon yang mirip pohon pisang.Tokoh punakawan yang tergambar pada panil ini merupakan kelanjutan dari panil yang menghadap utara.Karena posisinya berada pada ujung susunan yang menggambarkan tokoh Sadewa atau Sudamala.Tokoh pengiring atau punakawan ini dalam relief Sudamala di candi Ceto memang mengiringi tokoh utama Sudamala dengan posisinya yang ditempatkan di belakang tokoh Sudamala/Sadewa.

Bacaan:

Darmosoetopo, Riboet. 1975. Peninggalan-Peninggalan Kebudayaan di Lereng Barat Gunung Lawu. Laporan penelitian proyek PPT-UGM 1975/1976. Yogyakarta: Fakultas Sastra dan Kebudayaan & Lembaga Penelitian Universitas gadjah Mada.

Kusen. 1990. Relief Sudamala Candi Tegawangi dan Sukuh Dalam Perbandingan (Studi Tentang Proses Transformasi Cerita ke Dalam Bentuk Visual). Laporan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun