Mohon tunggu...
Yogi Pradana
Yogi Pradana Mohon Tunggu... -

besar di Mojokerto, penggemar sastra, wayang dan tinggalan masalalu, rajin melaksanakan nilai2 luhur termasuk cuci kaki sebelum berangkat ke warung kopi. lulusan arkeologi UGM

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bagaimana Masyarakat Menggunakan Data Arkeologi?

5 November 2016   21:54 Diperbarui: 6 November 2016   08:29 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal-hal semacam ini dalam ilmu arkeologi berkaitan dengan transformasi data, yaitu perubahan fungsi, bentuk dan penempatan benda arkeologi yang dikarenakan ulah manusia yang disengaja maupun tidak. 

Dari segi ekonomis, data arkeologi digunakan masyarakat untuk menghasilkan materi dalam artian mendukung finansial mereka dengan cara menjual dan mengolahnya. 

Sebagai contoh, dahulu di kawasan situs trowulan masyarakat sekitar sering mengambil bata-bata kuno untuk dijadikan campuran bahan bangunan dan mereka jual ke daerah lain, menurut mereka bahan bangunan yang memanfaatkan bubuk bata kuno dari trowulan akan menghasilkan konstruksi bangunan yang lebih kuat. 

Contoh pemanfaatan dari segi ekonomis lainnya adalah penjualan benda-benda kuno yang kebanyakan merupakan artefak arkeologi.

Penggunaan yang bersifat religius oleh masyarakat terhadap benda arkeologi adalah sebagai sarana mereka untuk beribadah, benda arkeologi yang sebenarnya merupakan dead monument yang sudah keluar dari konteks sistem dan ditemukan kembali oleh arkeolog dan direkontruksi digunakan kembali oleh kelompok masyarakat tertentu untuk beribadah, sebagai contoh adalah candi Mendut dan Borobudur. 

Benda arkeologi ada juga yang masih dalam konteks sistem, yaitu yang tergolong sebagai living monument,disini masyarakat tetap menggunakan menurut  fungsi aslinya, seperti contohnya masjid-masjid kuno, pura di Bali dan kelenteng. 

Dari segi tradisi, benda atau bangunan arkeologi di sekitar masyarakat biasanya juga dimanfaatkan masyarakat untuk keperluan tradisi lokal masyarakat di sekitarnya, contohnya ada pada kompleks atau area yang dikeramatkan di lingkungan tempat tinggal mereka yang biasanya digunakan sebagai tempat untuk menyelenggarakan upacara-upacara tradisi atau sebagai tempat berkumpul untuk selamatan (tradisi bersih desa) yang banyak dijumpai pada masyarakat jawa. 

Dari segi rekreatif, data arkeologi dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat untuk melepas penat dan mencari hal baru sebagai sesuatu yang menghibur. Hal ini bisa dilakukan pada bangunan arkeologi yang telah dimanfaatkan sebagai tempat wisata dan tempat diadakannya sebuah pertunjukan seni. 

Demikian antara lain bagaimana cara masyarakat menggunakan dan memanfaatkan data arkeologi yang berada di sekitar mereka. Implikasinya bagi penleiti arkeologi, pemahaman atas  bagaimana masyarakat menggunakan data arkeologi bisa membantu dalam bagaimana memahami pemahaman dan pengetahuan masyarakat/publik atas data dan ilmu arkeologi, diharapkan juga hal seperti ini bisa membawa kajian arkeologi untuk lebih bermanfaat dan go-public.

Pedagang Cinderamata di Kawasan Candi Mendut, Magelang (dok.yogi pradana)
Pedagang Cinderamata di Kawasan Candi Mendut, Magelang (dok.yogi pradana)
Pustaka

Okamura, Katsuyuki & Akira Matsuda (ed). 2011. New Prespectives in Global Public Archaeology. New York: Springer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun