Akhir-akhir ini isu bonus demografi ramai diperbincangkan, fenomena tersebut menjadi penting karena momentum ini diperkirakan terjadi saat usia 100 tahun Indonesia merdeka. Bonus demografi menjadi peluang bagi suatu negara apabila mampu memanfaatkan fenomena tersebut, sebaliknya apabila tidak mampu memanfaatkan bonus demografi akan menjadi malapetaka bagi suatu negara.
Bonus demografi merupakan suatu kondisi dimana penduduk usia produktif memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan penduduk usia tidak produktif. Rentang usia produktif yang dimaksud adalah antara usia 15 hingga 64 tahun.
Menurut United Nations Population Fund, bonus demografi adalah kondisi ketika masyarakat berusia produktif lebih banyak daripada masyarakat berusia nonproduktif.
Bonus demografi akan menjadi malapetaka apabila suatu negara tidak mampu memanfaatkannya dengan baik. Dampak buruk dari ledakan jumlah penduduk usia produktif yang akan hadir, bukan bonus demografi melainkan malapetaka demografi. Tidak seimbangnya antara kualitas sumber daya manusia dengan standar kualifikasi yang diperlukan yang akan berdampak pada berkurangnya pendapatan, meningkatnya jumlah kemiskinan hingga memberikan pengaruh buruk kepada pendidikan, ekonomi hingga kesehatan.
Menyikapi adanya bonus demografi tersebut, pemerintah Indonesia mencanangkan visi Indonesia Emas pada tahun 2045. Indonesia Emas 2045 merupakan impian seluruh masyarakat Indonesia saat ini, pada tahun 2045 Indonesia memasuki usia ke 100 tahun kemerdekaannya. Untuk mewujudkanya perlu keseriusan dalam mempersiapkan generasi sekarang untuk menjadi bagian dari pemimpin masa depan di tahun 2045.
Empat Pilar visi Indonesia Emas 2045. Pilar pertama adalah Pembangunan SDM dan Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, Pemerataan Pembangunan, Ketahanan nasional dan Tata kelola Pemerintahan. Empat pilar tersebut menjadi indikator keberhasilan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi, sehingga tercapai impian Indonesia Emas 2045.
Kegaduhan di Masyarakat
Terlepas dari gagasan besar menyongsong Indonesia Emas 2045, perlu kita renungkan bersama terkait kondisi problematika yang ada di Indonesia saat ini. Berbagai problematika seringkali hadir menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia.
Dalam beberapa tahun ini seringkali terjadi aksi-aksi protes masyarakat kepada kebijakan pemerintah, aksi demonstrasi mahasiswa di seluruh Indonesia merupakan bukti banyaknya problematika yang terjadi. Aksi demonstrasi mahasiswa seluruh Indonesia menyuarakan berbagai persoalan, aksi yang terjadi pada pertengahan bulan april 2022 mempertanyakan bahkan menolak kebijakan pemerintah. Diantaranya adalah penolakan kenaikan harga BBM, Kenaikan PPN, Penundaan Pemilu dan wacana 3 periode presiden.
Aksi demonstrasi mahasiswa seringkali terjadi sebelum-sebelumnya. Seperti yang terjadi pada akhir September 2019. Mahasiswa meminta Presiden Joko Widodo membatalkan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (revisi UU KPK) dan Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP).Â
Protes juga disuarakan terhadap RUU Pertanahan dan RUU Pemasyarakatan. Sejumlah RUU tersebut dianggap tak sesuai dengan amanat reformasi. Pada aksi ini menjadi salah satu aksi mahasiswa yang dilakukan secara serentak dengan tagline #reformasidikorupsi. Tidak hanya memenuhi jalanan di tiap daerah, aksi dengan tagline Reformasi Dikorupsi juga menggema di media maya. Protes terhadap pemerintah yang dinilai gagal tersebut tak terlepas dari kebijakan yang tidak pro terhadap rakyat, tidak masuk akal dan malah memperkuat tindak korupsi. Â Â Â Â Â
Tidak asing di telinga kita semua bahwa kasus korupsi di Indonesia sudah menjamur dan sebagai masyarakat senantiasa disuguhkan pemberitaan kasus korupsi yang melibatkan para pejabat pemerintahan, mulai pejabat desa sampai pemerintahan pusat.Â
Beberapa kasus korupsi yang menjadi perhatian publik adalah kasus korupsi E-KTP yang mulai terjadi pada tahun 2010. Kasus yang menimbulkan kerugian negara sebesar 2,3 Triliun Rupiah. Kemudian kasus korupsi hambalang, kasus ini  terkait dengan proyek pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sarana Olahraga Nasional (P3SON) yang berada di Hambalang, Bogor, jawa Barat. Akibat dari kasus ini, negara harus menelan kerugian sebesar 706 Miliar Rupiah.Â
Baru-baru ini untuk contoh kasus korupsi Bantuan Sosial (Bansos) COVID-19 yang dikenal dengan virus corona juga menyerat beberapa pejabat publik dalam pemerintahan dan masih banyak kasus-kasus korupsi lainnya yang menyeret sejumlah pejabat pemerintahan.
Dengan berbagai problematika tersebut apakah cita-cita Indonesia Emas dapat terwujud? Cermin terwujudnya impian masa depan dapat dilihat bagaimana kondisi masyarakat saat ini, bagaimana kualitas sumber daya manusianya.Â
Salah satu impian Presiden Jokowi untuk Indonesia Emas adalah bersih dari prilaku korupsi, impian ini ditulis langsung oleh Presiden Jokowi saat berkunjung ke Merauke. Melihat sikap pejabat pemerintah yang seringkali terlibat kasus korupsi, membuat kita mempertanyakan tentang impian tersebut apakah bisa diwujudkan.
Pembentukan karakter generasi muda
Tantangan yang lebih besar pada saat ini adalah krisis sumber daya manusia terutama dalam krisis karakter. Penguatan karakter generasi muda merupakan langkah kongkrit dalam mewujudkan Indonesia Emas pada tahun 2045. Dalam hal ini Ki Hadjar Dewantara menyebut dengan trilogi pendidikan. Keluarga, sekolah dan masyarakat menjadi motor pembentukan karakter dan mentalitas generasi emas.Â
Penguatan karakter dan mentalitas dapat dilakukan apabila keluarga, sekolah dan masyarakat tersebut melakukan pembentukan karakter secara bersama atau kolaborasi. Sehingga generasi emas Indonesia dapat terbentuk dan mampu mewujudkan impian Indonesia Emas 2045.
Sedangkan generasi emas Menurut Sari (2014), adalah generasi yang mampu bersaing secara global dengan bermodalkan kecerdasan yang komprehensif antara lain produktif, inovatif, damai dalam interaksi sosialnya, sehat dan menyehatkan dalam interaksi alamnya, dan berperadaban unggul.
Dalam mewujudkan Indonesia Emas, maka seluruh elemen masyarakat saat ini secara bersama-sama melakukan pembentukan karakter generasi emas sesuai dengan pilar visi Indonesia Emas 2045. Salah satu pilar dalam rangka pembentukan generasi emas adalah pembangunan SDM dan penguasaan ilmu pengetahuan teknologi.Â
Pilar keilmuan ini menjadi penting karena sebagai indikator dalam mewujudkan pilar lainnya. Tanpa kecakapan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak mungkin pembangunan ekonomi, pemerataan pembangunan dan tata kelola pemerintahan dapat terwujud sesuai impian.
Filsafat sebagai cermin mewujudkan Indonesia Emas
Secara etimologi, filsafat berasal dari dua kata yaitu "Philo" dan "Shopia" Philo berarti cinta dan Shopia berarti kebijaksanaan. Secara bahasa Fisafat berarti cinta akan kebijaksanaan. Dalam hal ini generasi yang memegang prinsip cinta kebijaksanaan akan mampu mewujudkan Indonesia Emas.
Dalam ilmu filsafat terdapat tiga cabang yaitu Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis. Seperti yang diutarakan Suparlan (2005), menyatakan bahwa esensi filsafat pendidikan harus dikembalikan pada tiga tahapan yakni aspek ontologis, aspek epistemologis, dan aspek etika/aksiologi. Dari ketiga cabang tersebut akan sangat menarik dibahas dan disajikan sebagai acuan untuk mewujudkan impian Indonesia Emas 2045.
Aspek ontologis
Ontologis merupakan cabang filsafat yang membahas tentang keberadaan/hakikat keadaan suatu benda, manusia dan alam. Dalam aspek ini maka kita melihat bagaimana hakikat manusia. Hakikat keberadaan manusia adalah sebagai makhluk sosial, makhluk yang senantiasa saling membutuhkan sesama manusia ataupun dengan alam.
Maka perlu kita pahami bahwa hakikat manusia merupakan makhluk sosial, bukan makhluk individualis. Dalam aspek ontologis ini sebagai upaya pembentukan karakter generasi muda yang dijiwai akan nilai kebersamaan, nilai kolaborasi, nilai saling mendukung dan menguatkan.
Aspek Epistemologi
Pada aspek Epistemologi ini merupakan cabang filsafat yang membahas tentang hakikat kebenaran suatu ilmu pengetahuan, asal muasal ilmu pengetahuan. Pada aspek ini kita akan diantarkan pada sikap ilmiah. Suatu sikap yang dijiwai nilai kebenaran/keilmiahan, sikap ilmiah ini diharapkan adannya pertumbuhan dan perkembangan kematangan intelektual generasi emas berupa kreativitas dan keterampilan hidup.
Aspek Aksiologi
Pada aspek Aksiologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang etika dan estetika yaitu hakikat kebaikan dan keindahan. Pada aspek ini kita akan diantarkan pada suatu sikap tanggung jawab, suatu prilaku yang dijiwai oleh nilai keadilan, nilai kebijaksanaan. Dengan perilaku tanggung jawab diharapkan kematangan emosional bisa tumbuh dan berkembang yakni kemampuan pengendalian diri generasi emas untuk tidak melakukan perbuatan yang melampaui batas.
Sebagai upaya mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, maka mempersiapkan kualitas generasi mudanya menjadi konsekuensi yang harus dilakukan. Ketiga aspek tersebut mampu membentuk karakter generasi muda dan upaya untuk mewujudkan impian Indonesia Emas.Â
Kematangan ontologis akan melahirkan generasi emas yang selalu dijiwai nilai kolaborasi/kebersamaan dalam hidupnya, dengan kematangan epistemologis akan melahirkan generasi emas yang dijiwai nilai kebenaran, dan dengan kematangan etika akan melahirkan generasi emas yang dalam perilaku hidupnya dijiwai nilai keadilan.Â
Nilai kolaborasi, kebenaran, dan keadilan yang melekat pada generasi emas akan melahirkan generasi emas yang dapat berlaku arif bagi diri sendiri, sesama dan alam. Dengan internalisasi nilai-nilai tersebut pada setiap generasi saat ini, besar harapan Indonesia emas bisa terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H