Sesuatu datang menghampiri lelaki yang masih kesulitan memilih. Nalurinya menilik, bukan tak paham apa itu pilihan.
Ia hanya mampu merintih kecil, lisannya sunyi di dalam hati.Â
Sesuatu yang tak bernilai bisa saja dalam hitungan sepersekian detik berubah menorehkan lara. Begitu pun sebaliknya.Â
Tak ada seorang pun menjamin sesuatu bisa tepat diprediksi. Tak membuat terperanjat ataupun menjerat. Kalaupun ada beritahu dia.
Kataku, bukan kah manusia terbiasa diuji memilih sejak ruh dihembuskan Yang Maha Kuasa untuk memilih hidup. Menyembul dari rahim seorang wanita yang selama dua puluh delapan tahun ini ku sebut Ibu.Â
Tak ada balasan. Pandangan tajam perlahan mengerucut, setitik air bergelantungan di antara pelopak matanya. Raganya enggan menyambar kata-kata. Kemana nalurinya melangkah, tiada yang mampu menebak. Jikapun ada, beritahu aku.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H