Puisi satire tentang Surga pajak
Surga adalah tempat yang diinginkan semua orang
Surga adalah tempat dimana semua keinginan bisa terjadi
Bahkan surga adalah tempat yang diinginkan pendosa sekalipun
Tempat dimana semua hal adalah halal
Seolah ironi, pajak sekalipun memiliki surganya tersendiri
Bukan untuk bagaimana uang digunakan dengan bebas
Uang adalah benda mati yang bergerak jika digerakan oleh manusia
Melainkan intiusi manusia itu sendiri menggunakan akalnya
Di negeri surga yang indah nan abadi,
Tersembunyi kebenaran yang tak disadari,
Pajak datang sebagai tamu tak diundang,
Membawa kesengsaraan dengan tangannya yang kaku.
Oh, surga pajak, dunia ilusi yang menyilaukan,
Bermacam-macam aturan dan pajak yang menyesakkan,
Seolah-olah kita hidup dalam birokrasi tak berujung,
Ketika uang kita dicuri dengan sekali tarik nafas.
Pada permukaan, mereka katakan itu adil,
Namun, kekayaan kita semakin terkikis dan hilang,
Seperti tikus di labirin yang tak berujung,
Kita berusaha mencari jalan keluar yang tak tampak.
Para petugas pajak dengan senyum di bibir,
Berkeliaran di sekitar seperti predator di hutan,
Mengintai kesempatan untuk mencuri dan merampas,
Hingga kita tersisa dengan sedikit yang tertinggal.
Oh, surga pajak, siapa yang memanggilmu seperti itu?
Seakan-akan pemerintah berada di atas angin itu,
Memaksa kita membayar dengan penekanan dan ancaman,
Tak peduli apakah kita miskin atau kaya.
Keadilan dan kebijaksanaan terengah-engah di sini,
Dalam labirin hukum yang tak terurai,
Kami terjerat dalam jaring kenyataan pahit,
Di surga yang hanya ada di namanya.
Namun, mari kita tersenyum dan tertawa sedikit,
Meski kehidupan pajak tak pernah benar-benar indah,
Kita tetap berdiri dengan tegar dan bertahan,
Menghadapi godaan surga pajak yang tak terhentikan.
Puisi satire tentang neraka pajak
Neraka adalah tempat yang sangat dihindari oleh semua orang
Bahkan orang lebih menghindari neraka dari pada merindukan surga
Ancaman tentang siksaan dan api kesengsaraan dijanjikan disana
Tapi neraka bukan hanya sekedar tentang siksaan badan, melainkan siksaan aturan yang menyelimutinya
Di alam neraka yang menyala-nyala,
Terhimpunlah pajak-pajak yang menakutkan,
Seperti iblis tak berwujud yang merayap,
Menghisap habis kekayaan dan kebahagiaan.
Oh, neraka pajak, tempat terkutuk yang tak termaafkan,
Di sana, para pejabat menyombongkan kekuasaan,
Menghukum kita dengan undang-undang yang kompleks,
Menjerat kita dalam jebakan yang tak terurai.
Api neraka membakar dengan marah dan ganas,
Namun, api pajak yang menyala lebih kejam lagi,
Menguras keringat dan darah kita tanpa ampun,
Hingga kita terhempas dalam kemiskinan dan penderitaan.
Setan-setan berpakaian rapi dengan senyum menyesatkan,
Menghantui kita dengan penghitungan yang rumit,
Seperti labirin gelap yang tak pernah berujung,
Mereka mencari celah untuk merampas harta kita.
Oh, neraka pajak, dunia gelap yang kejam,
Di sini, keadilan terlipat ganda menjadi kejahatan,
Pemerintah memaksa kita menggigil dalam ketakutan,
Seolah-olah tak cukup mengisap darah kita secara perlahan.
Tak ada tempat berlindung, tak ada tempat bersembunyi,
Neraka pajak mengejar kita dengan kejamnya,
Membakar impian dan harapan kita yang rapuh,
Hingga kita menjadi abu yang tersisa dalam keputusasaan.
Namun, biarlah kami bersatu dalam cemoohan dan sindiran,
Melawan sistem yang korup dan berbelit-belit,
Menuntut perubahan yang sejalan dengan keadilan,
Dan menjadikan neraka pajak hanya cerita lelucon belaka.
Mari kita bangkit dari sengsara dan penderitaan,
Menciptakan dunia yang lebih adil dan bercahaya,
Di mana pajak menjadi alat untuk kemajuan bersama,
Bukan neraka yang menyengsarakan kita sepanjang masa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H