Mohon tunggu...
Yogi Arfiansya
Yogi Arfiansya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mahasiswa Pend Teknik mesin UNY angkatan 2009 NIM. 09503241005

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sikap Belajar Anak Tak Kunjung Berubah

1 Maret 2011   18:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:09 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

 

 

  sssssttttt.diam !!!  

 

editor : Yogi Arfiansya

Perubahan sikap belajar anak tak kunjung berubah dari usia dini sampai sekarang saat ini. Banyak anak yang lebih mementingkan bermain daripada belajar. Kebiasaan bermain dari usia dini inilah yang menyebabkan keburukan di masa depannya. Keburukan itu bermacam macam, antara lain adalah anak malas belajar sampai usia tua, anak sering membantah perintah orang tua, anak sering melupakan aktivitas lain jika sedang bermain, bahkan aktivitas makan pun juga terkadang lupa dari benak pikiran jika anak itu sedang bermain.

Sebagian anak lebih memilih bermain daripada belajar. Bahkan pekerjaan rumah (PR) pun sering dilupakan. Ketika anak disuruh mengerjakan pekerjaan rumahnya oleh orang tua, pasti jawabannya “bentar dulu bu, aku lagi ini”, ketika disuruh lagi, pasti jawabannya juga sama. Sikap menunda nunda ini sering dianggap pemalas oleh orangtuanya. Maka dari itu sering orang tua menjadi possesifterhadap anak yang dicintainya.

Jika bercermin pada masa lampau, tentunya keadaan ini akan sangat berbeda sekali. Jaman dahulu banyak anak yang nurut terhadap perintah orang tua, anak tidak pernah membantah perintah orang tua. Anak anak pada jaman dahulu kebanyakan lebih mementingkan belajar daripada bermain. Ini disebabkan karena pada jaman dahulu tidak ada sarana bermain seperti yang ada saat ini. Sebagai contohnya, pada jaman dahulu jarang ada warung internet(warnet), jarang ada gamenet, jarang ada sarana berkomunikasi, jarang ada tempat tempat modern seperti yang ada saat ini, dan sebagainya. Pada jaman dahulu sarana bermain hanya pada waktu sore, yaitu bermain kelereng, bermain petak umpet, bermain polisi polisian, dan ketika malam harinya pasti belajar dengan sangat rajin sekali. Seiring kemajuan globalisasi yang modern ini, sikap sikap seperti itu semakin hilang dari kehidupan kita.

Bermain memang ada manfaatnya. Tetapi jika terlampaui batas yang tidak wajar akan berakibat buruk dan tidak ada manfaatnya. Bermain memang menyenangkan dan dapat merefresh otak ketika sedang mengalami stress. Dengan bermain, otak akan berinteraksi dengan lingkungan. Maka dari itu otak akan refresh

Sikap belajar yang seperti ini perlu dihindari. Peran orang tualah yang dibutuhkan pada kasus ini. Banyak solusi untuk mengatasi masalah ini, diantaranya :

 

 

  1. Orang tua tidak perlu bersikap overprotectif terhadap anaknya. Jika hal itu dilakukan maka sikap anak akan semakin liar.
  2. Orang tua harus memahami apa yang disukai anak, memahami sifat apa saja yang dimiliki dirinya, memahami apa saja yang dibutuhkan seorang anak.
  3. Mendukung bakat yang tertanam pada anak dan memberikan wadah atau memfasilitasi apa saja kemauan anak atas kreatifitasnya.

 

 

Sekalipun bermain, tetaplah peran orangtua yang dibutuhkan pada situasi seperti ini. Anak membutuhkan kenyamanan dan ketentraman di hatinya, orang tua perlu memahami pikiran anak. Potensi anak semakin berkembang jika tidak ada pengekangan orang tuanya. Maka dari itu berubahlah dari sekarang, sebelum telat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun