Dalam dunia bisnis, risiko merupakan hal yang tak terhindarkan. Salah satu jenis risiko yang umum dihadapi perusahaan adalah risiko operasional. Risiko ini dapat timbul dari berbagai sumber, baik internal maupun eksternal, dan berakibat fatal bagi kelangsungan perusahaan jika tidak dikelola dengan baik.
Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang risiko operasional, mulai dari definisi, penyebab, dampak, hingga langkah-langkah mitigasinya. Pemahaman yang menyeluruh tentang risiko operasional sangatlah penting bagi para pemangku kepentingan perusahaan, seperti dewan direksi, manajemen, dan karyawan, agar dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk meminimalkan potensinya.
Sumber Foto: bfi.co.id
Definisi Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko kerugian yang timbul dari kegagalan atau tidak memadainya proses internal, manusia, dan sistem, atau sebagai akibat dari kejadian eksternal yang memengaruhi operasional perusahaan. Risiko ini dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, antara lain:
- Risiko internal: Kesalahan manusia, kegagalan sistem IT, penipuan, dan kecurangan, kebakaran, bencana alam, dll.
- Risiko eksternal: Bencana alam, gejolak politik dan ekonomi, perubahan peraturan, gangguan rantai pasokan, dll.
Dampak Risiko Operasional terhadap Keberlangsungan Perusahaan
- Risiko operasional dapat membawa dampak yang signifikan terhadap keberlangsungan perusahaan, antara lain:
- Kerugian finansial: Kerugian finansial dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti biaya perbaikan, kehilangan pendapatan, denda, dan biaya litigasi.
- Kerusakan reputasi: Kejadian yang terkait dengan risiko operasional dapat merusak reputasi perusahaan dan berakibat pada hilangnya pelanggan dan investor.
- Gangguan operasional: Gangguan operasional dapat menyebabkan terhambatnya produksi, distribusi, dan pelayanan kepada pelanggan, yang pada akhirnya dapat berakibat pada hilangnya pendapatan dan keuntungan.
- Penurunan daya saing: Perusahaan yang tidak mampu mengelola risiko operasional dengan baik akan tertinggal dari kompetitornya dan kehilangan pangsa pasar.
- Penutupan usaha: Dalam kasus yang ekstrem, risiko operasional yang tidak terkendali dapat menyebabkan penutupan usaha.
Contoh Risiko Operasional dan Dampaknya
Berikut adalah beberapa contoh risiko operasional dan dampaknya terhadap perusahaan:
- Serangan siber: Serangan siber dapat melumpuhkan sistem IT perusahaan, mencuri data sensitif, dan merusak reputasi. Contohnya, pada tahun 2017, Equifax, salah satu biro kredit terbesar di Amerika Serikat, mengalami kebocoran data yang berakibat pada kerugian finansial sebesar $4 miliar dan kerusakan reputasi yang signifikan.
- Bencana alam: Bencana alam seperti gempa bumi, banjir, dan badai dapat menyebabkan kerusakan infrastruktur, mengganggu rantai pasokan, dan menghentikan operasi bisnis. Contohnya, pada tahun 2011, gempa bumi dan tsunami di Jepang menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur dan industri manufaktur, yang berakibat pada kerugian ekonomi yang besar.
- Kesalahan manusia: Kesalahan manusia dapat terjadi dalam berbagai proses bisnis, seperti produksi, akuntansi, dan pelayanan pelanggan. Contohnya, pada tahun 2016, Wells Fargo, salah satu bank terbesar di Amerika Serikat, didenda $185 juta karena karyawannya membuat akun palsu untuk mencapai target penjualan.
Langkah-langkah Mitigasi Risiko Operasional
Untuk meminimalkan dampak risiko operasional, perusahaan perlu menerapkan langkah-langkah mitigasi yang efektif, antara lain:
- Identifikasi risiko: Langkah pertama adalah mengidentifikasi semua risiko operasional yang mungkin dihadapi perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan analisis SWOT, brainstorming, dan survei kepada karyawan.
- Penilaian risiko: Setelah risiko diidentifikasi, perlu dilakukan penilaian untuk menentukan tingkat probabilitas dan dampak dari setiap risiko.
- Pengembangan rencana mitigasi: Untuk setiap risiko yang diidentifikasi, perlu dikembangkan rencana mitigasi yang berisi langkah-langkah untuk mengurangi probabilitas dan dampak dari risiko tersebut.
- Implementasi dan pemantauan: Rencana mitigasi harus diimplementasikan dengan baik dan dipantau secara berkala untuk memastikan efektivitasnya.
- Pemutakhiran: Risiko operasional selalu berubah seiring dengan perubahan lingkungan bisnis. Oleh karena itu, perusahaan perlu secara berkala memperbarui proses identifikasi, penilaian, dan mitigasi risiko operasional.
Cara Pengukuran Risiko Operasional
Pengukuran risiko operasional adalah proses untuk menentukan tingkat probabilitas dan dampak dari berbagai risiko operasional yang dihadapi perusahaan. Hasil pengukuran ini kemudian digunakan untuk mengembangkan rencana mitigasi yang efektif dan mengalokasikan modal yang tepat untuk mengelola risiko tersebut.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur risiko operasional, antara lain:
1. Pendekatan Indikator Dasar (Basic Indicator Approach - BIA)
BIA adalah metode pengukuran risiko operasional yang paling sederhana dan paling umum digunakan. Metode ini menggunakan faktor risiko standar untuk menghitung modal yang diperlukan untuk mengcover kerugian akibat risiko operasional. Faktor risiko ini didasarkan pada pendapatan kotor perusahaan dan sektor industrinya.
2. Pendekatan Standar (Standardized Approach - SA)
SA adalah metode pengukuran risiko operasional yang lebih kompleks daripada BIA. Metode ini menggunakan faktor risiko yang lebih spesifik untuk menghitung modal yang diperlukan untuk mengcover kerugian akibat risiko operasional. Faktor risiko ini didasarkan pada profil risiko perusahaan, seperti kompleksitas bisnis, geografis, dan produk.