Di pesisir selatan Jawa, tepatnya di Pantai Klayar Pacitan, ada seorang pria sederhana bernama Bago. Sehari-harinya dulu, ia menghabiskan waktu di laut, menantang ombak sebagai nelayan. Pekerjaan itu penuh risiko, termasuk saat ia pernah tergulung ombak besar yang hampir merenggut nyawanya.
Kala itu, hasil tangkapan Bago seringkali tak mencukupi untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Pendapatan sebagai buruh nelayan tak seberapa. Hasil laut yang tak menentu membuat hidup Bago terasa penuh perjuangan. Meskipun bekerja keras, ia sering kesulitan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Hidupnya penuh ketidakpastian, tetapi Bago pantang menyerah dan menyimpan harapan besar akan masa depan yang lebih baik.
Suatu hari, Bago menyadari bahwa Pantai Klayar, yang setiap hari ia saksikan, mulai ramai dikunjungi wisatawan. Keindahan pantai yang tersembunyi mulai dikenal luas. Melihat peluang ini, Bago memutuskan untuk beralih profesi dan mencoba peruntungan di dunia pariwisata. Ia bertekad keluar dari bayang-bayang kesulitan hidup sebagai buruh nelayan dan ingin membangun masa depan baru.
Tanpa modal besar, Bago memulai usahanya dengan menawarkan jasa sebagai pemandu wisata lokal. Ia mengajak wisatawan untuk mengenal lebih dalam tentang keindahan Pantai Klayar bukan hanya sekadar melihat pemandangan, tetapi juga merasakan kehidupan masyarakat pesisir. Perlahan, ia belajar bahwa menjadi pemandu wisata bukan sekadar menunjukkan tempat, tetapi juga memberikan pengalaman yang autentik.
Bago tidak hanya berhenti di situ. Ia mulai menjalin kerja sama dengan rumah makan lokal dan homestay di sekitar pantai. Para wisatawan yang ia pandu tak hanya menikmati pesona alam, tetapi juga makanan khas Pacitan dan tempat menginap yang nyaman. Bago dengan sigap menjadi penghubung antara wisatawan dengan para pemilik usaha lokal lainnya serta memberikan paket wisata lengkap. Selain itu, Bago juga menyediakan sewa peralatan camping untuk wisatawan yang mau camping di Pantai Klayar dan wisata sekitar.
"Saya berpikir, jika wisatawan merasa puas dan nyaman, mereka akan kembali lagi, bahkan merekomendasikan Pantai Klayar kepada teman-teman mereka. Itulah yang saya coba lakukan," ujar Bago sambil tersenyum.
Sadar akan pentingnya promosi, Bago mulai belajar tentang media sosial. Meskipun pada awalnya ia tidak begitu paham teknologi, ia dengan gigih mempelajarinya. Melalui Instagram dan TikTok, Bago rutin memposting foto-foto keindahan Pantai Klayar, aktivitas seru para wisatawan, serta cerita-cerita menarik tentang budaya lokal.
"Media sosial membuat wisata Pantai Klayar lebih dikenal luas, bahkan hingga ke wisatawan mancanegara. Apalagi banyak turis yang datang ke Pantai Watukarung (wisata sebelah Pantai Klayar) untuk mencoba surfing dengan ombak terbaik" kata Bago. Dengan konsistensi yang ia jaga, jumlah pengikut di akun media sosialnya terus bertambah, begitu pula dengan wisatawan yang datang.
Personal branding Bago sebagai pemandu wisata yang ramah dan penuh cerita juga menjadi daya tarik tersendiri. Ia tidak hanya memandu, tetapi membangun hubungan dengan setiap wisatawan yang datang. Hal ini membuat namanya semakin dikenal dan usahanya berkembang pesat.
Kini, penghasilan sudah lebih dari cukup, jauh melampaui apa yang ia dapatkan saat masih menjadi nelayan. Ia tak hanya bisa memenuhi kebutuhan keluarganya, tetapi juga bisa menyisihkan sebagian penghasilannya untuk ditabung dan berinvestasi dalam usahanya.
Kisah Bago adalah bukti bahwa tekad, kerja keras, dan inovasi dapat mengubah kehidupan seseorang. Dari seorang nelayan yang berjuang melawan ombak laut, ia kini menjadi pengusaha sukses yang menggerakkan roda ekonomi lokal di Pacitan. Kisahnya adalah inspirasi bagi banyak orang, bahwa di balik setiap perjuangan dan tantangan, ada peluang besar yang bisa diraih dengan keyakinan dan ketekunan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H