Di era digital yang serba cepat ini, majalah cetak seakan terpinggirkan. Majalah adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui pembaca, dan menurut waktu penerbitannya dibedakan atas majalah bulanan, tengah bulanan, mingguan, dan sebagainya. Majalah memiliki sejarah yang panjang dan pernah menjadi raja media massa. Mari kita telusuri bagaimana majalah bertransformasi dari masa ke masa.
Sejarah Awal Terbentuknya Majalah
Menurut Stanley J. Baran pada buku "Pengantar Komunikasi Massa jilid 1 Edisi 5". Majalah adalah sebuah medium kegemaran para elite Inggris pada pertengahan tahun 1700-an. Pada tahun 1821, majalah Saturday Evening Post muncul: majalah ini terus terbit sampai dengan 148 tahun mendatang. Penerbitan yang lebih murah dan pertumbuhan kemampuan membaca mendorong penyebaran majalah seperti halnya yang terjadi pada buku.
Akan tetapi, faktor tambahan lain dalam kesuksesan majalah pada masa awal adalah penyebaran pergerakan sosial seperti abolisionisme dan reformasi buruh Isu-isu ini menyediakan isi majalah yang menarik, dan ledakan penerbitan majalah pun dimulai. Pada tahun 1825, ada 100 majalah yang beroperasi, dan pada tahun 1850 jumlah tersebut menjadi 600. Karena artikel-artikel majalah ini meningkatkan fokusnya pada masalah. masalah yang penting bagi para pembaca di Amerika. Pada masa ini, majalah membentuk banyak karakteristik yang kita asosiasikan dengan majalah saat ini.
Era Sirkulasi Majalah
Era modern majalah dapat dibagi dalam dua bagian, setiap bagiannya memiliki karakteristik adanya perbedaan hubungan antara medium dan khalayaknya. Sirkulasi massa majalah populer mulai berkembang pada tahun setelah Perang Sipil berakhir. Pada tahun 1865, terdapat 700 penerbitan majalah; pada tahun 1870 ada 1.200 penerbitan; dan pada tahun 1885 terdapat 3.300 penerbitan. Hal yang cukup krusial dalam perkembangan ini adalah majalah wanita. Hak memilih bagi para wanita merupakan pergerakan sosial yang mengisi halaman-halaman yang ada di dalamnya, namun sebagian besar isinya juga menggambarkan cara-cara untuk mengatur rumah tangga. Para pengiklan juga ingin sekali muncul dalam majalah wanita yang baru, menjajakan merek produknya.Â
Era Spesialisasi Majalah
Pada tahun 1956, majalah Collier's mengumumkan kebangkrutan dan menjadi majalah sirkulasi massal pertama yang menghentikan penerbitannya. Namun, ini adalah takdir, sama seperti majalah sirkulasi massal lainnya, sudah terjadi pada akhir 1940-an dan 1950-an mengikuti berakhirnya Perang Dunia II. Perubahan mendasar dalam budaya bangsa khususnya lahirnya televisi mengubah hubungan antara majalah dan khalayaknya. Tidak peduli seberapa besar sirkulasinya, majalah tidak bisa mengimbangi jangkauan televisi. Majalah tidak memiliki gambar bergerak atau cara bercerita secara visual dan oral. Majalah juga tidak dapat mengimbangi aktualitas televisi. Majalah terbit secara mingguan, sementara televisi berkesinambungan. Majalah juga tidak dapat mengimbangi kebaruan televisi Pada awalnya, segala hal yang ada di televisi menarik bagi penonton. Sebagai akibatnya, majalah mulai kehilangan para pengiklannya dan beralih ke televisi.
Estetika Majalah Cetak di Abad 21
Majalah cetak belum mati. Majalah-majalah yang sudah mapan, seperti The New Yorker dan Vogue berhasil mempertahankan pembaca global mereka, baik untuk versi cetak maupun digital. Namun, mengingat situasinya, sungguh luar biasa jika masih ada terbitan berkala baru. Di Australia, angka penjualan majalah cetak meningkat 4,1 persen pada 2023.
Pasar majalah cetak memang tidak begitu berkembang. Namun mereka tidak menghilang secepat yang diperkirakan. Penulis Hope Corrigan mencatat, ada sesuatu yang menarik tentang estetika majalah cetak. Kehati-hatian dalam tata letak, gambar, dan penyalinan tidak selalu dapat direplikasi di layar. Memang benar, majalah-majalah yang sangat berfokus pada fotografi dan desain visual seperti majalah fashion dan perjalanan, akan bertahan lama di media cetak.
Mengutip pakar majalah Samir Husni mengamati bahwa majalah-majalah cetak independen yang sedang berkembang lebih berfokus pada penargetan pembaca khusus. Kemajuan teknologi pencetakan membuat pencetakan dalam jumlah kecil menjadi lebih hemat biaya. Hal ini memungkinkan majalah baru berfokus pada kualitas daripada kuantitas. Majalah cetak tidak dapat bersaing dengan media digital dalam menyediakan konten terkini kepada khalayak ramai. Namun majalah berpotensi mempertahankan pembaca yang berdedikasi dengan publikasi yang bermakna dan estetis.Â
Meskipun sirkulasi dan pengaruhnya mungkin berkurang, majalah cetak tidak mati atau sekarat. Keberadaan majalah saat ini dapat dilihat sebagai produk yang tengah bergerak ke tempat yang lebih kecil tapi berkelanjutan dalam lanskap media.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H