Mohon tunggu...
Yoga Utami
Yoga Utami Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

menyemai ilmu di ladang kita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membludaknya Jamaah Sholat Id Komunitas Indonesia di Auckland Selandia Baru

16 Juni 2018   13:04 Diperbarui: 21 Juni 2018   14:00 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebaran Idul Fitri 2018 di negeri Selandia Baru baru terlaksana hari ini, Sabtu 16 Juni 2018. Meski waktu puasa per hari di sini terhitung paling cepat sekitar 11-12 jam, namun hari Raya Idul Fitri terhitung paling telat dibandingkan negara-negara lain termasuk di tanah air. Penentuan hari dilakukan berdasarkan  terlihatnya bulan sabit penanda bulan baru. Syukurlah, penentuan ini dapat diterima dan warga muslim kompak untuk berlebaran pada hari yang sama.

Cuaca musim dingin tidak menjadi alasan bagi warga muslim untuk malas menghadiri sholat Id berjamaah. Bagi warga lintas negara atau gampang disebut komunitas muslim internasional, sholat berjamaah yang diikuti sejumlah event diselenggarakan di stadion besar, Eden Park.

Kami sekeluarga memilih bergabung bersama komunitas warga muslim Indonesia di Auckland. Acara diorganisir oleh yayasan HUMIA (Himpunan Umat Muslim Indonesia Auckland) dengan Imam Khatib dari utusan program Dompet Dhuafa, Ustadz Ahmad Fathonie, LC., MA. 

Tempat acara di salah satu hall publik  yang biasa menjadi tempat komunitas berkumpul untuk berbuka puasa bersama dan tarawih. Jadi teringat, kami dulu juga sempat nebeng acara buka bersama dan tarawih untuk aqiqah puteri kami saat itu. Tiap acara oleh komunitas selalu dipenuhi hidangan sedap sumbangan warga, apalagi saat acara besar Idul Fitri seperti ini. 

Pihak pemerintah daerah (Auckland Council) memang menawarkan ruang-ruang publik bagi warga mana pun jika memerlukan. Ruang-ruang publik seperti ini biasanya dilengkapi dengan ruang dapur beserta peralatan masak seperti kompor listrik, oven, microwave dan sebagainya. Tentunya warga juga harus mengecek peralatan apa yang harus dibawa sendiri jika dibutuhkan.

Selain dapur, hall termasuk panggung dan kamar kecil yang terpisah untuk perempuan dan laki-laki, di luar gedung juga tersedia taman bermain. Anak-anak bisa bermain bebas dan terkadang orang tua juga ikut mengawasi. Beragam alat permainan seperti ayunan dengan berbagai tipe sesuai umur, monkey bars, luncuran, susunan balok untuk dilangkahi atau dilompati juga bangku tempat duduk. 

Pagi tadi, hall untuk sholat Id berjamaah warga muslim Indonesia di Auckland bertempat di Mount Roskill Memorial War . Menurut info dari panitia, sholat berjamaah dimulai pada pukul 8 pagi. Kami berangkat dari rumah sekitar pukul 7.30. Anak kami sedang tidak enak badan, pergantian cuaca memasuki puncak musim dingin. Tidak ada salju di sini melainkan hawa dingin sekitar 8-9 C di pagi hari disertai angin.

Halaman parkir sudah penuh. Sebisa mungkin ikut parkir dengan perjanjian segera memindahkan kendaraan setelah bubar sholat. Aturan perpakiran di sini memang ketat dengan petunjuk garis-garis batas parkir yang harus ditaati. Untungnya halaman parkir memang didominasi warga Indonesia dengan tenggang rasa. 

Sholat jamaah Idul Fitri pagi tadi memang luar biasa. Panitia sebelumnya telah memberikan denah yang bisa diakses lewat grup FB. Pintu depan sebagai jalan masuk jamaah puteri dan pintu samping untuk jamaah putera.

Luar biasa, selain halaman parkir yang penuh, jamaah memang membludak. Jamaah puteri sampai harus menggelar alas plastik tambahan hingga ke ruang dapur. Dan jamaah pria juga harus menambah shaf baru karena ada sekitar 50 orang lebih harus rela sholat di luar gedung. Terlihat tidak hanya warga Indonesia, tetapi juga ada yang berparas bule, India bahkan orang asli Selandia Baru, Maori.

Saya juga ditolong oleh sejumlah teman untuk duduk di kursi plastik berwarna hijau muda yang tersedia dan ikut berjamaah di dalam ruangan dengan duduk di kursi. Pungggung dan kedua kaki saya sering tidak bisa menjaga keseimbangan jika lama berdiri. Dan beberapa mahasiswi yang kebetulan berhalangan menunggui anak saya yang duduk agak lemas di kereta dorongnya. 

Ketika antri untuk mengambil hidangan, seorang kawan yang baik hati meminta saya duduk saja di kursi. Dia berjanji menolong ambilkan bagian saya. Antrian memang luar biasa. Saya sampai kuatir jangan-jangan kawan saya terlalu repot karena dia juga membawa dua anaknya yang masih kecil. Saya habiskan waktu dengan obrolan kecil bersama seorang Ibu. Rupanya beliau sedang mengunjungi keluarga karena cucunya masih kecil dan putra serta menantunya sedang melanjutkan studi. 

Beliau sempat bertanya kenapa tidak ambil makanan. Saya hanya bisa menjawab kalau ada kawan yang menolong. Saya cuma tambahkan saya agak kesulitan berjalan. Si Ibu menanggapi, bertanya sakit apa, apakah osteoporosis.  Saya agak berpikir menjawab, bukan Ibu tetapi multiple sclerosis. Punggung saya spontan dielus si Ibu. Beliau terdiam dan berbisik, seperti sakit Pepeng ya? Saya mengangguk, dan Ibu itu kembali berucap, yang sabar ya. Dan ternyata ketika saya perlahan bertanya, Ibu bekerja di instansi apa ya. Beliau seorang dokter di Jakarta. Oh, saya jadi lega mitra tutur saya bisa memahami penyakit multiple sclerosis.

Dan akhirnya kawan saya datang juga dengan irisan lontong berkuah opor dan beberapa iris rendang. Usai menyantap habis hidangan itu, segera saya susul anak saya yang dibawa ke mobil oleh suami. Senyum manisnya menyambut saya dengan beberapa keping kerupuk di genggamannya. Segera kami menepikan mobil di tempat parkir yang sudah kosong.

Hari ini, puteri saya yang biasa lincah memang tampak sedikit lowbatt, tidak seperti biasanya. Maafkan Ibu dan Bapak lahir batin ya Anakku, sudah menularkan virus flue hingga badan kita meriang bersama. Semoga semaraknya sholat Idul Fitri pagi tadi disertai hidangan lebaran lengkap yang tersaji bisa memulihkan kondisi badan kita lagi. Juga senyum sapa tiap orang yang bertemu membuat kita lebih segar dan tegar menjalani kehidupan dan mensyukuri nikmat karunia Sang Pencipta.

Selamat Idul Fitri

Mohon maaf lahir dan batin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun