Mohon tunggu...
Yogaswara F. Buwana
Yogaswara F. Buwana Mohon Tunggu... Freelancer - Pemikir Bebas

Manifesto Kaum Bodo Amat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Malam Itu, 24 September 2019 dalam Gegap Gempita

29 Maret 2023   06:40 Diperbarui: 29 Maret 2023   06:45 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sang teman kemudian bercerita, mengenai beratnya perjuangan mahasiswa tahun 98, "Begini saja kita sudah kelabakan, dibandingkan mereka yang berjuang tahun 98", katanya
Sang penulis mengatakan "kalau perjuangan mahasiswa angkatan 65/66 bagaimana ?", sambil sang penulis mengingat Arief Rahman Hakim yang namanya dijadikan masjid di kampus UI Salemba


"Masih berat aksi tahun 98", kata teman itu
Aksi pun berlangsung sampai malam hari
Dan teman-teman sang penulis, yang telah mengikuti aksi di Malang dan Jogja siang tadi, malam itu mulai khawatir, dan mereka menghubungi sang penulis melalui WhatsApp
Tapi sang penulis mengatakan "kami sudah berada di dalam KRL, jadi saya aman, kalian tenang saja"

Ketika sang penulis sudah meninggalkan lokasi unjuk rasa
KRL sangat penuh dengan berbagai almamater kampus
Tiada ruang bergerak lagi, dan sang penulis terdiam dalam beberapa jam
Para mahasiswa yang berada di dalam KRL itu, sering berteriak ketika KRL berhenti di setiap stasiun, "Berikan Jalan Bagi Yang Mau keluar !"
Dan para mahasiswa itu menyoraki penumpang KRL yang baru saja akan masuk, karena KRL sudah penuh

Besoknya di kampus, aksi mahasiswa semalam banyak dipuji
Sementara di internet, aksi mahasiswa semalam mempunyai dua sisi, dipuji dan dimaki
Ada yang menganggap mereka yang melakukan aksi semalam, bodoh, kurang literasi, bayaran, dan kadrun


Tapi sang penulis yakin, tidak ada yang salah dengan aksi kemarin malam, toh di kelas kuliah hari ini, aksi itu dibicarakan kembali dengan suasana netral dan akademis
Dan sang penulis sadar, bahwa sepatu yang dia pakai telah berlumurkan tanah liat ketika lari dari gas air mata kemarin malam
Sepatu itu tidak akan pernah dicuci selamanya sebagai bukti gegap gempita malam itu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun