Sang teman kemudian bercerita, mengenai beratnya perjuangan mahasiswa tahun 98, "Begini saja kita sudah kelabakan, dibandingkan mereka yang berjuang tahun 98", katanya
Sang penulis mengatakan "kalau perjuangan mahasiswa angkatan 65/66 bagaimana ?", sambil sang penulis mengingat Arief Rahman Hakim yang namanya dijadikan masjid di kampus UI Salemba
"Masih berat aksi tahun 98", kata teman itu
Aksi pun berlangsung sampai malam hari
Dan teman-teman sang penulis, yang telah mengikuti aksi di Malang dan Jogja siang tadi, malam itu mulai khawatir, dan mereka menghubungi sang penulis melalui WhatsApp
Tapi sang penulis mengatakan "kami sudah berada di dalam KRL, jadi saya aman, kalian tenang saja"
Ketika sang penulis sudah meninggalkan lokasi unjuk rasa
KRL sangat penuh dengan berbagai almamater kampus
Tiada ruang bergerak lagi, dan sang penulis terdiam dalam beberapa jam
Para mahasiswa yang berada di dalam KRL itu, sering berteriak ketika KRL berhenti di setiap stasiun, "Berikan Jalan Bagi Yang Mau keluar !"
Dan para mahasiswa itu menyoraki penumpang KRL yang baru saja akan masuk, karena KRL sudah penuh
Besoknya di kampus, aksi mahasiswa semalam banyak dipuji
Sementara di internet, aksi mahasiswa semalam mempunyai dua sisi, dipuji dan dimaki
Ada yang menganggap mereka yang melakukan aksi semalam, bodoh, kurang literasi, bayaran, dan kadrun
Tapi sang penulis yakin, tidak ada yang salah dengan aksi kemarin malam, toh di kelas kuliah hari ini, aksi itu dibicarakan kembali dengan suasana netral dan akademis
Dan sang penulis sadar, bahwa sepatu yang dia pakai telah berlumurkan tanah liat ketika lari dari gas air mata kemarin malam
Sepatu itu tidak akan pernah dicuci selamanya sebagai bukti gegap gempita malam itu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H