Hujan Senja kini datang kembali
Di antara langit mendua, hitam dan cerah
Suara gemerciknya menjadikan sendu
Memukul setiap atap yang menghalanginya
Angin dingin menyentuh kalbu
Dan burung-burung terbang berlarian di bawah awan
Entah mereka sedang mencari tempat berteduh atau menantang gumpalan air
Ya, rasanya mereka juga menyambut sinar yang terhambat
Kini hujan itu menjadi gerimis
Bersama hawa merdu yang menyelimuti tubuh
Seorang telah terduduk sambil melukiskan kata-kata
Perasaan dia jenuh menanti senja tak kunjung tiba
Lalu dia mengarahkan mata ke cakrawala yang lusuh
Jika butiranmu datang
Ada tatapan keresahan dibalik pagar
Sebelum dia berubah menjadi gelap
Di dalam gulita menutup tirai
Setiap manusia membutuhkan renungan
Walau dia berlari menuju jalan bisu
Mungkin dia sedang membuka ingatan yang telah berakhir
Dan semangat meringkuk di samping lamunan
Masa lalu dan masa depan terbentang di tatapan langitnya
Senja adalah hari-hari panjang yang dinanti
Dia kah tempat berlari segala keresahan
Seolah semua perasaan manusia terhubung oleh sinarnya
Namun, gerimis ini menutupnya hingga lagu dan berkata
"Ada saatnya aku datang, belum sekarang !"
Kita tidak berbicara mengenai sebuah penyesalan
Akan tetapi kita sedang berbincang mengenai makna yang mengajarkan kehidupan
Begitu pula hari-hari baru akan tiba
Mereka menerangi setiap lembaran yang menggoresnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H