Setapak tuju hijau gersangan itu
Berhentilah kawan dalam muram
Pandangilah sang cakrawala menyambar
Hitamkan cekapan suaramu kawan
Jangan engkau ambil biji sekuku
Heningkan panjang kawan
Hingga detakan air menggetar samudera
Atau lambai-lambai sepucuk berkelana
Capai sang sepoi mendaki
Rayuan goresan berkehendak pun berbisik
Bagailah pahatan batu kawan
Sejenak menyampinglah kawan
Disana ribuan semut menggerutu
Lalat bagai pisau yang tiada berkerah
Hanya membutakan berjari tujuan
Lalu tengoklah ke belakang kawan
Rayap pun enggan menatap
Tertutup gundukan yang merobek
Atau kayu-kayu yang beratakan
Gumpalan pekat tersiram tuba
Engganlah engkau bertahan kawan
Kembalilah tengok ke depan
Satu ucapan engkau berladang emas kawan
Perak-perak pun tiada berkhayal
Permata seakan menghilang dari makna
Awan yang menghujan tiada berkutik
Kalimat engkau adalah alam penghijau kawan
Sekaligus juga gurauan darah
Janganlah sebut senja kawan
Janganlah sebut petang kawan
Namun sebutlah sinar yang terbit
Tetaplah diam kawan
Alam hijau engkau adalah kerikil untuk baginda
Senyaring bicara tembus hampa angkasa
Tak kan selubang virus pun menyahut
Rugilah sepatah kata jika engkau bicara kawan
Gendang tuan-tuan telah beku
Tiada sebiji pasir pun emas engkau
Diam dan tetaplah diam kawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H