Karena pada saat ke Trusmi itu hari jumat, maka semua pergi melanjutkan perjalanan menuju Masjid Sang Cipta Rasa untuk menunaikan ibadah shalat jumat bagi mahasiswa yang beragama muslim, dan yang tidak melaksanakan shalat jumat (perempuan dan agama kristen) melakukan santap siang di dalam bus, dan bergantian yang sudah melaksanakan shalat jumat juga melakukan santap siang bersama-sama. Di dalam Masjid Sang Cipta Rasa ini sangat unik, ada yang namanya adzan pitu artinya adzan yang dilakukan tujuh orang bersama-sama dalam satu masjid tersebut. Selain itu Masjid ini masih menggunakan arsitektur  yang kuno bekas peninggalan sunan gunung jati pada saat itu.Â
Hal yang paling membuat semuanya malas yaitu ke tempat pelelangan ikan di desa Bondet, sekitar jam 13.00 WIB lebih berangkat dari masjid Agung Sang Cipta Rasa menuju TPI Bondet. Sudah terbayang bukan tengah hari ketika matahari benar-benar berada diatas kepala semua mahasiswa/mahasiswi ATVI pergi menuju pantai yang amat sangat panas dan harus berjalan sekitar 2 kilo dari pemukiman warga menuju TPI Bondet tersebut. Tempat yang gersang, bau amis, dan banyak lalat disekitar TPI menjadikan suatu pelajaran dan pengalaman calon broadcaster andalan untuk di dunia pekerjaan nanti bahwa menjadi seorang wartawan atau fotografer mampu menaklukan tempat dimanapun itu.Â
Setelah berlama-lama di area tersebut banyak keluhan anak-anak yang tidak mau pulang dikarenakan untuk menuju bus harus menempuh 2 kilo perjalanan kembali, akhirnya para nelayan Bondet berinisiatif menggunakan kapalnya untuk menghantarkan semuanya ke pemukiman di mana menuju bus pemberangkatan awal berada. Semua bergegas menuju bus dan pulang ke hotel untuk mandi dan makan malam di suatu restoran.
Dua tempat wisata yang akan di kunjungi di Kuningan adalah Cipari dan Museum Linggarjati. Cipari adalah situs Taman Purbakala era megalitikum, disana banyak penemuan-penemuan batu artefak seperti peti batu dan menhir. Setelah dari cipari, semua bergegas untuk menuju Museum Linggarjati. Diperjalanan semua mata melirik kanan kiri dari jendela bus melihat indahnya sawah dan gunung Ciremai yang indah dan terlihat sejuk, sesampainya disana ternyata tidak hanya terlihat sejuk tetapi juga udaranya memang benar-benar sejuk karena berada di kaki gunung Ciremai. Sebelum memasuki Museum, ada sesi foto bersama yang kedua kalinya.Â
Tidak menghabiskan waktu yang lama semua langsung bergegas kembali menuju pusat oleh-oleh untuk belanja dan menikmati makanan khas Cirebon. Menghabiskan waktu yang cukup lama di dalam pusat oleh-oleh tersebut karena banyak yang membeli dan mengantri untuk membayarnya. Pulang ke hotel untuk siap-siap pergi ke Keraton Kanoman, disinilah hal yang paling menegangkan di mana harus memfoto penari tari topeng Cirebon yang gerakannya super cepat dan hanya diterangi cahaya obor, ini adalah PR yang sulit tapi harus dilakukan.Â
Sulit tetapi ini adalah tugas seorang calon Fotografer yang profesional. Oh iya tari topeng yang difoto adalah topeng yang khas sekali dengan Cirebon, di mana tari topeng ini sering dibawakan di luar negeri, tari topeng Cirebon dibagi menjadi lima wanda (jenis) yaitu topeng Panji berwarna putih, topeng Samba berwarna kuning, topeng Rumyang berwarna hijau, topeng Tumenggung berwana merah jambu, dan yang terakhir adalah topeng Kelana yang berwarna merah. Dari kelima warna yang berbeda-berbeda tersebut memiliki arti yang berbeda-beda pula.Â
Dan ditempat inilah banyak teman-teman dari ATVI yang kemasukan makhluk, karena hal itu yang seharusnya setelah dari Keraton Kanoman lanjut ke alun-alun Kejaksan Cirebon, ini malah pulang ke hotel untuk beristirahat.
Goa apakah itu? Ya, goa Sunyaragi, sunya yang artinya sunyi dan ragi yang artinya raga jadi Sunyaragi adalah seseorang yang mempunyai jiwa raga yang sepi. Goa ini dahulunya digunakan untuk bersemedinya para pangeran-pangeran dari kerajaan di Cirebon, disini banyak sekali memiliki mitos-mitos yang menyeramkan dan berbau gaib. Tempatnya gersang, sehingga ketika siang hari sedikit pengunjung yang datang, lebih banyak ketika pagi hari sekitar pukul 09.00 pagi dan sore sekitar pukul 15.00 WIB.Â
Selanjutnya ini adalah tempat yang ditunggu-tunggu para mahasiswa/mahasiswi ATVI yaitu empal gentong. Empal gentong adalah makanan yang paling khas di Cirebon, dengan kuah berwarna kuning berisi jeroan daging sapi atau jeroan daging kambing sesuai selera, dan ditaburi dengan daun seledri diatasnya, Â dinamakan empal gentong karena empal itu adalah nama jeroan-jeroan dari sapi atau kambing, dan gentong itu karena dimasaknya melalui gentong yang dibuat dari gerabah yang ada di desa Sitiwinangun. Rasanya enak, sedap dan rasanya ingin nambah lagi jika diijinkan. Setelah kenyang kembali ke Balaikota Cirebon hanya untuk berfoto bareng lalu pergi ke stasiun untuk melanjutkan perjalanan pulang ke Jakarta kembali.