Ibuku memang pandai memasak, ibu mulai mencoba menjual lauk pauk di depan rumah, sayur matang. Hasilnya bisa membuat kami makan, kami selalu berdoa meminta pertolongan Tuhan, karena tak satupun orang yang dapat kami mintai tolong.
Bulan depan aku akan siding skripsi aku merasa takut sekali di situ, akubukan takut pada pertanyaan dosen penguji, tapi aku takut apakah kami bisa membayar ujian skripsi itu, apakah kami bisa membayar biaya wisuda???. Aku rutin doa puasa. Ibuku mulai banyak memiliki pelanggan, ada salah salah satu pelanggan yang pesan “rempeyek” ibukupun menyanggupi untuk membuatkannya. Aku selalu mendoakan ibu, aku meminta ke Tuhan supaya ibu selalu di beri kesehatan ibu selalu diberi hikmat.
Tak disangka rempeyek ibu banyak yang suka, banyak yang mulai pesan rempeyek ke ibu, rempeyek ibu laris sekali begipula masakan ibu. Ibu membuka dagangannya di depan rumah muali jam 04.30 WIB cukup sampai jam 08.00 dagangan ibu sudah terjual habis. Kami bersyukur sekali di titik itu, aku mulai sadar bahwa pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat.
Tuhan menyatakan KasihNya dengan rempeyek ibu yang sangat laris. Aku baru mengerti cara Tuhan memelihara kami dan cara Tuhan menyadarkan kami bahwa pegadaian bukan satu-satunya solusi, tapi Tuhan mengganti solusi yang selama ini kami pakai dengan solusi dariNYA yang berkesinambungan memelihara kami. Dari hasil penjualan rempeyeklah aku bisa mendapat gelar Sarjana Hukum dengan IPK3,24. Dengan sebungkus rempeyek Tuhan memberitau kami bagaimana caranyabertahan hidup, bagaimana caranya berkarya dalam hidup, bagaimana caranya bersyukur dengan perbuatan bukan dengan ucapan saja. Kita diberi talenta masing-masing oleh Tuhan, tinggal bagaimana kita mengolah talenta itu untuk menciptakan suatu karya dalam hidup kita.
Terima Kasih Tuhan untuk Sebungkus Rempeyek buat Kami…..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H