Mohon tunggu...
Yoga PS
Yoga PS Mohon Tunggu... Buruh - Laki-laki yang ingin mati di pagi hari :)

Laki-laki yang ingin mati di pagi hari :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rahasia Negosiasi Diplomat Dunia

18 Maret 2021   07:16 Diperbarui: 18 Maret 2021   07:20 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

'Guru tua' pertama yang saya temui adalah Om W. Bapak teman kantor. Seorang mantan diplomat. 

Bagi yang belum tahu, saya sedang menjalankan 'project evergreen'. Sebuah usaha untuk belajar menjadi tua. Karena kita pasti akan mengalaminya. Saya bertanya ke orang-orang tua dan bertanya tentang pengalaman hidup mereka. Agar kita bisa mengambil pelajaran darinya.

Kembali ke Om W. Beliau berusia 60++. Sudah purna tugas sejak 4 tahunan lalu. Sempat menjadi komisaris beberapa perusahaan setelah penisun dari Deplu. Kini kegiatannya berkebun, memelihara ayam, dan aktif di komunitas kesenian. Rumah masa tuanya sangat sejuk. Di daerah Prambanan. Dikelilingi ayam dan kolam ikan.

Setelah lulus dari FH UGM pada 1983, Ia bergabung ke Deplu pada 84 dan mendapat penugasan internasional pertama di Polandia. Setelah itu melanglang buana ke beberapa negara Eropa Timur, Australia, Jepang, dan terakhir di Brunei Darrussalam.

Om W ini juga berperan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Karena dia pernah menjadi anggota komisi investasi Deplu, jadi Om W membantu negosiasi utang luar negeri kita. Ibaratnya, tanpa jasa Om W, pemerintah kita takkan bisa dapat pinjaman utang hehe. 

Bagi yang ngeluh utang Luar Negeri kita tinggi, bisa tanya ke Om W deh betapa ribetnya mendapatkan kepercayaan kreditur internasional. Intinya utang luar negeri dipandang sebagai pilihan terbaik, dari terbatasnya pilihan pembiayaan yang ada, saat itu.

Dari berbagai pertanyaan yang saya ajukan, ada satu pelajaran yang mungkin teman-teman harus dapatkan. Waktu itu saya bertanya:

"Om koq bisa jago negosiasi sih? Terus Om koq bisa punya banyak kenalan komunitas seniman?"

Tanpa berpikir terlalu lama, keluarlah jawaban dalam dua kata:

"Niat baik".

Jadi selama niat kita baik, ucapan kita akan baik, lalu tindakan kita akan baik. Dan manusia itu suka dengan orang yang baik. Karena Tuhan itu Maha Baik.

Tapi tentu niat baik harus didukung persiapan yang baik. Kita harus mengerti materi negosiasi, analisa posisi, protokol yang harus dimengerti, sampai teknik persuasi.

Niat baik pula yang harus kita miliki saat membangun koneksi. Karena itu perbanyaklah silaturahmi. 

"Saya ini ga punya apa-apa Mas. Yang saya punya ya koneksi teman-teman saya".

Oh baik.

Niat baik akan membuka jalan baik.

Niat baik pula yang mempertemukan saya dengan 'guru-guru tua' saya selanjutnya. Ada Pak A, seorang pensiunan guru besar dengan ilmu hikmah seluas samudera, lalu ada Mbah S. Seorang warga desa sederhana yang memiliki satu amalan yang menurut dia, telah membantu hidupnya menjadi berkah.

Ternyata, mempelajari kehidupan manusia tua itu indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun