#2 Persaingan Ketat
Rute-rute ke Singapura dan Kuala Lumpur adalah jalur gemuk dengan banyak pemain. Jarak tempuh gak terlalu jauh, dan juga permintaan tinggi.
Ibarat kolam pancing, isinya cuma sekelas ikan lele tapi buanyaakkk. Banyak supply otomatis hukum permintaan berlaku. Daripada terbang dengan pesawat kosong, para airlines sering menjual dengan tiket murah. Karena airlines bukan angkot yang bisa ngetem nunggu penumpang penuh (ya kali pramugari jadi kernet).
Apalagi low cost carrier mencari pendapatan bukan hanya dari tiket. Masih ada bagasi, makanan, dan berbagai servis yang bisa dijual.
Prinsipnya: pesawat kosong nyaring bunyinya. Daripada kosong, yang penting harus ada penumpangnya! Berapa pun harga tiketnya.
#3 Hub-spoke/Feeder Strategy
Banyak airlines yang menempatkan KL/Singapore sebagai hub transit. Tempat berkumpulnya penumpang untuk diangkut ke rute yang lebih jauh. Karena itulah penumpang harus transit di bandara itu.
Dan anehnya, mereka terkadang rela mengorbankan harga rute pendek, untuk membuat orang tertarik terbang ke rute yang lebih jauh.
Misal KLM, full service carrier dari Belanda. Harga Jakarta-KL mereka terkadang mirip-mirip dengan harga promo AirAsia. Mereka rela men-dumping harga CGK-KUL karena pendapatan terbesar didapatkan dari rute KL ke Eropa.
#4 Tarif Batas Bawah
Penyakit utama "mahalnya" tiket domestik kita.