Mohon tunggu...
Yoga PS
Yoga PS Mohon Tunggu... Buruh - Laki-laki yang ingin mati di pagi hari :)

Laki-laki yang ingin mati di pagi hari :)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kenapa Orang India Masih Suka Membaca Koran?

23 Maret 2017   11:42 Diperbarui: 23 Maret 2017   22:00 1491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image http://www.pinkjooz.com/wp-content/uploads/2013/06/newspapers_industry_booming_india.jpg

Ini juga dibuktikan dengan tingginya jumlah buku baru yang terbit. Total lebih dari 90.000 judul buku baru diterbitkan di India. Indonesia? Masih jauh, kita hanya mampu menghasilkan 24.000 judul buku (data 2009).

Menurut Nielsen, market value buku di India mencapai 261 milyar rupee (sekitar 52 trilyun rupiah). Ini menempatkan India sebagai pasar buku terbesar keenam dunia, dan nomer dua untuk penerbitan dalam bahasa Inggris.

Tingginya budaya baca India sebenarnya bukan hal yang baru. India kuno sudah menghasilkan bacaan kelas dunia seperti Mahabharata atau Ramayana. Orang Asia yang menjadi pemenang nobel sastra pertama juga berasal dari India: Rabindranath Tagore.

Penetrasi online yang belum maksimal

Meskipun India memiliki image sebagai “silicon valley of Asia”, dan banyak bos-bos perusahaan IT multinasional berasal dari sana (CEO Google Sundar Pichai misalnya), ternyata penetrasi digital mereka belum merata. Secara rata-rata baru 27% penduduknya yang melek internet (mayoritas kota besar).

Pengalaman saya mengunjungi beberapa kota di barat dan utara India, sinyal data akan bervariasi tergantung Negara bagian. Provider yang setrong (aduh bahasanya) di Uttar Pradesh misalnya, bisa jadi justru ngilang saat masuk ke Negara bagian Maharashtra.

Tapi tentu digital terus tumbuh tak tertahankan. Penetrasi smartphone dan semakin terjangkaunya paket data menjadi pemicunya. Salah satunya ada provider gila yang rela memberikan free unlimited data hingga satu tahun! Tindakan edan ini diikuti provider yang lain dengan memberikan diskon data. Digitalized India hanyalah soal waktu.

Apa yang bisa dilakukan surat kabar Indonesia?

Kita tahu industry media cetak Indonesia memasuki masa sunset. Readership terus turun, pemasukan iklan terus berkurang, dan beberapa media mulai gulung tikar. Meniru jalan India dengan meningkatkan readership lewat harga gila yang super murah ditengah tingginya ongkos produksi sepertinya jalan bunuh diri yang tak perlu dicoba.

India bukan Indonesia. Digitalized news dan migrasi ke online platform sudah menjadi keharusan. Kekuatan media ada di content. Content akan menarik traffic. Traffic akan menarik pengiklan. Untuk urusan berbentuk kertas atau daring, itu hanyalah medium.

Image http://www.pinkjooz.com/wp-content/uploads/2013/06/newspapers_industry_booming_india.jpg
Image http://www.pinkjooz.com/wp-content/uploads/2013/06/newspapers_industry_booming_india.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun