Ngikutin serial Walking Dead atau main game Resident Evil? Pingin tahu rasanya diuber zombie? Gimana sih serunya menghadapi zombie-zombie gentayangan? Ga perlu menciptakan radiasi kimia berbahaya atau pergi jauh-jauh ke Amerika. Karena di Ancol, 19 December 2015 lalu, zombie-zombie menebar teror dan kita harus lari menyelamatkan diri!
Run For Your Life (RFYL) adalah event lari unik dimana peserta bisa memilih menjadi survivor atau terinfeksi virus menjadi zombie. Tugas survivor sederhana, Ia harus berlari sekencang-kencangnya untuk selamat dari kejaran zombie. Dia punya “tiga nyawa” berupa tali yang diikatkan di pinggang. Zombie bertugas mengejar survivor dan mengambil “nyawa” untuk menginfeksi survivor.
Zombie doyan selfie Jika di garis finish masih ada minimal satu nyawa, maka survivor akan mendapatkan “survivor medal”. Sedangkan jika sudah habis dimakan zombie, maka medalinya akan berganti menjadi “infected medal”.
Menjadi Zombie
Entah kenapa, saya memilih menjadi zombie. Sepertinya seru bisa nangkepin mbak-mbak survivor seksi yang lagi keringetan. Aduh ketahuan deh motif mesumnya. Tapi alasan utamanya sih karena gaya grafitasi membuat 95 kg massa tubuh saya bergerak lambat dan bakal jadi santapan empuk zombie-zombie kelaparan.
Ada beberapa wave (gelombang keberangkatan). Saya memilih wave pertama jam 12 siang. Setelah registrasi, seorang calon zombie harus di karantina dan mendapatkan sentuhan make over di zombification center. Sebenernya saya malas. Malas mengakuin kalau muka saya sudah kaya zombie dan setelah didandani jadi zombie justru lebih cakep. Tapi buat seru-seruan ya sutralah.
Dimulai dari pemberian “yayasan” atau foundation (bahasa Inggrisnya foundation itu yayasan kan?).
Lanjut pembuatan koreng-korengan.
Dicat pakai warna merah. dan Voila.
Ada sekitar 9 zona halangan dan rintangan yang harus dilalui seorang survivor. Saya bertugas menjaga zona zombie 1. Rame-rame cyin, ada kali 10 orang zombie.
Perlu Ditingkatkan
Jujur saja, RFYL ini sangat seru. Hanya disayangkan ada beberapa hal yang kurang dan harusnya bisa ditingkatkan lagi kedepannya. Ga usah jauh-jauh, saat pertama kali registrasi, proses berjalan sangat lama karena masih menggunakan cara manual.
Peserta menyerahkan form registrasi, panitia lalu mengecek nomor melalui handphone untuk kemudian menuliskan di gelang peserta. Ngecek pake handphone man? Sungguh mobile sekali. Apa sih susahnya bawa laptop biar agak sedikit cepat?
Lalu proses zombification yang hanya ada sekitar 5 line. Padahal pesertanya ratusan. Ini yang membuat jalannya event molor sekitar 1,5 jam (wave terakhir jam 4.30, di jadwal jam 3). Kerjaan jadi zombie juga membosankan. Kami harus menunggu survivor untuk datang dan setelah itu Cuma duduk-duduk sambil ngobrol. Harusnya setelah selesai jaga, zombie bisa ikutan untuk jadi survivor di wave selanjutnya.
Bagi survivor, track lari yang hanya 2,5 km juga disayangkan. Karena saat pendaftaran tertulis 5k. Kurang lama aja serunya. Masa baru keringetan dikit udah finish.
Anyway, RFYL cukup menyenangkan untuk diikuti. At least menjadi variasi dari event lari yang hanya mengandalkan kecepatan dan ketahanan tubuh. Semoga tahun depan track bisa diperpanjang dan zombie bisa ikutan lari jadi survivor.
Biar zombienya ga kebanyakan bengong. Karena lama-lama bisa jadi zomblo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H