Mohon tunggu...
Yoga PS
Yoga PS Mohon Tunggu... Buruh - Laki-laki yang ingin mati di pagi hari :)

Laki-laki yang ingin mati di pagi hari :)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Togog

12 Agustus 2012   10:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:54 2493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tawaran yang menggiurkan pikir Pakhom. Kapan lagi ia bisa membeli tanah tanpa batasan seperti saat ini? Terbayang luas tanah yang bisa dimilikinya. Pakhom menyanggupi. Ia mempersiapkan diri, lalu pagi-pagi sekali mulai pergi. Ia ingin mendapat seluas-luasnya tanah.

Tapi itulah kekuatan bisikan setan. Nafsu serakah terlihat indah. Saat tengah hari ia telah mendapatkan tanah yang luas. Tapi ia melihat masih ada tanah yang masih bisa ia pandang. Masih banyak tanah yang ia dapatkan. Ia pun terus berjalan. Demi tanah yang semakin luas.

Hingga hari semakin senja, matahari sudah hampir tenggelam. Ia baru sadar, ia harus kembali untuk menutup transaksi, atau pembelian ini akan batal sama sekali!!!. Pakhom berusaha kembali ke tempat ia memulai. Ia pun mulai berlari. Sekuat tenaga. Tidak mengindahkan keringat yang mengucur deras, waktu yang semakin tipis, dan nafas yang semakin habis.

Pada akhir cerita, Pakhom meninggal kelelahan. Tepat saat ia kembali ke tempat semula ia memulai transaksi. Starshina hanya tertawa dan melemparkan sekop. Meminta anggota sukunya untuk menguburkan Pakhom sesuai ukuran tubuh, sesuai ukuran tanah yang ia butuh.

Cukup

Dan sesungguhnya puasa adalah pembelajaran untuk tidak menjadi Togog dan Pakhom selanjutnya. Karena betapa sering kita bernafsu sebelum berbuka. Membeli semua makanan yang ada, menyiapkan semua yang kita bisa. Tapi begitu berbuka, dan baru menegak minuman manis dan takjil secukupnya, kita sudah merasa cukup.

Cukup. Itu kuncinya. Manusia tidak akan pernah merasa puas, tapi ia bisa merasa cukup. Cukup adalah batasan. Tahu kapan harus memulai, kapan harus berhenti. Kapan harus menambah, kapan harus mengurangi, kapan membuka, dan kapan menutup. Cukup adalah equilibrium. Titik tengah. Tidak kekurangan. Tidak berlebihan. Hanya dibutuhkan segelas air dan sebutir kurma untuk berbuka. Dan hanya dibutuhkan setitik kata syukur dan setetes rasa ikhlas untuk hidup berbahagia.

Togog dan Pakhom sudah menjadi bukti jika manusia yang berusaha menguasai dunia, pada akhirnya justru dikuasai oleh dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun