Mohon tunggu...
Yoga PS
Yoga PS Mohon Tunggu... Buruh - Laki-laki yang ingin mati di pagi hari :)

Laki-laki yang ingin mati di pagi hari :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Alibi

11 Maret 2012   13:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:13 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Benjamin Franklin, pernah menulis surat kepada Jean-Baptiste Le Roy pada 1789,

“In this world nothing can be said to be certain, except death and taxes.”

Di dunia ini tidak ada yang pasti kecuali kematian dan pajak. Tapi sayangnya BF (Benjamin Franklin, bukan BF film kesukaan situ :P) tinggal di Amerika, bukan di Indonesia. Karena sejak penemuan teori relativitas fisika Einstein, praktik perpajakan di Indonesia menganut asas relativitas. Kalau kata iklan rokok: “Wani Piro?”.

Maka terbitlah “rising star” terduga kasus pajak. Habis Gayus, terbitlah DW, lalu muncul Ajib Hamdani. Ketiga nama tersebut adalah “lakon” oknum terduga mafia pajak yang menghiasi halaman depan media nasional. Mereka diduga memiliki rekening gendut milyaran rupiah. Jumlah yang fantastis untuk ukuran seorang PNS golongan III yang baru berusia 30-an tahun.

Bedanya, Gayus sudah jadi penghuni hotel prodeo (meski masih bisa liburan ke Bali). DW masih diperiksa oleh KPK. Sedangkah Ajib, membantah habis-habisan berita yang ada di media. Ia melakukan klarifikasi lewat blog-nya. Disana dijelaskan soal harta perolehan, metode, sampai tips dan trik bisnis yang telah ia lakukan.

Alasan

Saya sudah pernah menulis tentang tips menjadi koruptor sukses, dan juga cara-cara melakukan money laundry dengan sukses. Sekedar review, kelemahan koruptor di Indonesia ada dua:

  1. Mereka tidak belajar pencucian uang (money laundry)
  2. Mereka mengubah gaya hidup dengan drastis

Saya menulis:

Koruptor kelas kambing telah menganggap misi mereka sukses begitu menerima uang. Ibarat maling, meski sudah mendapat barang colongan, mereka lupa jika harus keluar dengan aman dari rumah korban.

Mereka bingung memiliki uang milyaran lalu mulai membeli mobil, rumah, perhiasan, dan plesiran keluar negeri. Disinilah masalah mulai timbul. Bau kejahatan mereka tercium begitu mereka mencoba sedikit menikmati hasil “kerja keras” mereka. PPATK mulai curiga melihat rekening yang tiba-tiba gendut. KPK mulai mencium ada yang tidak beres dari harta perolehan mereka. Dan seperti nasib koruptor amatir, mereka akan menghabiskan sisa hidup didalam penjara jika dilakukan pembuktian terbalik.

Akhirnya lahirlah saran untuk mereka yang ingin sukses menjadi koruptor:

Kita hanya perlu membangun alibi. Alasan perolehan harta yang kita dapatkan. Itulah alasan money laundry..

Ciptakan citra Anda sedang rajin belajar bisnis. Membuka banyak bisnis kecil-kecilan…

Untuk kasus Ajib, diceritakan ia melakukan berbagai bisnis sejak menjadi pegawai Pajak. Ia bermain di bisnis property, jasa olahraga, industry, dan terakhir bidang pendidikan. Lewat blog juga ia menulis, untuk melakukan bisnis hanya dibutuhkan tiga hal: ide, koneksi, dan modal.

Tiga hal yang sangat mudah didapatkan dengan menjadi pejabat pajak. Dalam logika bodoh saya, bertugas di daerah elit Kelapa Gading dan berhubungan dengan Wajib Pajak kelas atas, pasti membuka jalan untuk mendapatkan apa saja yang menunjang kesuksesan bisnis.

Pertanyaan saya, mampukah Ajib mendapatkan ide, koneksi, dan modal jika ia tidak bekerja di KPP Kelapa Gading?

Tentu saja bisa! Kita harus positif thinking dan berprasangka baik donk! Lha wong rezeki itu ditangan Tuhan! Urusan Dia mau ngasih berapa ke hamba-hambanya yang mau berusaha :). Karena cara-cara yang ditempuh Ajib masih tergolong masuk akal dan sudah sering ditulis didalam buku-buku bisnis yang beredar di pasaran.

Urusan hukum, biarlah menjadi urusan Tuhan dan aparat penegak hukum. Akan percuma hidup kita jika dihabiskan hanya untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Saya menulis ini sebagai sebuah contoh cerdas bagi Anda yang ingin melakukan korupsi. (Eh, tapi saya ga bilang Mas Ajib itu korupsi loh!). Maksud saya, business sense juga diperlukan jika Anda ingin menjadi seorang koruptor cerdas.

Penjahat terhebat bukanlah penjahat yang berhasil melakukan kejahatan. Penjahat terhebat adalah penjahat yang berhasil menutupi kejahatannya, dan tidak terlihat sebagai penjahat. Ingat postulat yang saya berikan:

  1. Penjahat yang paling jahat justru tidak terlihat sebagai penjahat.
  2. Penjahat terbaik adalah penjahat yang berbuat baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun