Mohon tunggu...
Yoga PS
Yoga PS Mohon Tunggu... Buruh - Laki-laki yang ingin mati di pagi hari :)

Laki-laki yang ingin mati di pagi hari :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ka'bah Dekat Rumah (5): Imigrasi Paling Sakti

1 Juni 2014   21:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:50 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Go back! Go back!” kata yang jaga.

Akhirnya saya kembali keatas. Menunggu bareng jamaah umroh yang lain. Sambil menunggu ada yang membeli sim card, ada yang kekamar mandi, ada yang tiduran sampai tidur beneran. Berjam-jam kami harus menunggu. Sampai akhirnya ada pengumuman bahwa kami boleh turun. Penantian belum berakhir sodara2. Petugas imigrasi yang mirip Ridho Roma sudah menanti. Saya kaget. Koq bisa ya orang arab wajahnya ke-Ridho roma2-an?

Berdasarkan bayangan saya, antri imigrasi sangatlah sederhana. Seperti pengalaman negara lain yang pernah saya kunjungi. Kita mengantri, petugas imigrasi akan memerika paspor, melakukan scanning sidik jari, foto, lalu men-cap paspor disertai senyuman: “Welcome to Saudi Arabia..”.

Tapi realita tidak seindah real madrid. Kami harus ngantri lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa sekaliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii. Saya sampai mikir, Ini ngantri imigrasi apa antri mau di hisab sih? Lama banget. Saya ga bisa bayangin waktu musim haji. Pasti suasana kaya di padang ma’syar. Orang2 campur baur dari segala penjuru dunia. Apakah prosesnya selama ini?

Imigrasi Sakti

Setelah saya selidiki, proses lama ini terjadi karena sistem kerja petugas imigrasi itu sendiri. Prosesnya gini:

Pertama, dia akan cek tuh orang punya hape. Ada pesan whatssapp atau nggak. Kedua, Anda akan dilirik sebentar. Ketiga, balik lagi lihat hape, mungkin ada notifikasi facebook. Keempat, paspor Anda akan dilihat, diraba, dan diterawang. Untung bukan diputer, dijilat, dicelupin.

Kelima, terus ya balik lagi ke hp dia. Satu menit. Ada balasan whatsapp. Dia ketik2 bentar. Ada balesan lagi. 3 menit berlalu dan dia ketawa2. Balas lagi. Hening. Sudah 5 menit. Yang diajak whatsapp belum bales. Dia akhirnya noleh lagi ke komputer.

Baru mau input data, eh bangke ada balesan whatsapp lagi. Lupa ama komputer. Ga inget ama paspor. Kembali lagi ke step pertama. Begitu terus hingga dia mulai bosan dan agak sadar kalau ada manusia yang menempuh 8 jam penerbangan dan butuh satu stempel simpel. Tinggal ngecap doank apa susahnya ya akhi?.

Ritual ini berlangsung belasan hingga puluhan menit tergantung amal perbuatan Anda selama di dunia. Kalo mau ngantri saran saya bawa kaki palsu buat cadangan kalo pegel ya hehehe. Bagi saya pribadi, ini adalah imigrasi paling sakti yang pernah saya kunjungi. Petugas yang biasanya dipaksa ramah dan penuh senyum, disini dibebaskan berbuat sekehendak hati.

Setelah 5 jam menunggu, iya 5 jam! LIMA JAM! el-i-em-a je-a-em (landing sebelum jam 7, baru bisa keluar imigrasi pas dhuhur), akhirnya saya bisa merasakan sengatan matahari Saudi. Ternyata beda ya ama matahari di Indonesia. Di Saudi matahari-nya panas. Sedangkan matahari di Indonesia kan ber-AC dan sering ngasih diskon 70% kalau akhir tahun. Gara-gara kepanasan jadi nulis guyonan garing gini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun