Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Tahun-Tahun yang Menyala (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Generasi Muda Menuju Generasi Cemas? Saatnya Reformasi Pendidikan

14 September 2024   11:13 Diperbarui: 14 September 2024   11:15 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Visi Indonesia Emas 2045 menaruh harapan besar pada generasi muda saat ini. Mereka digadang-gadang sebagai generasi emas yang akan membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah. Namun, di balik harapan tersebut, muncul kekhawatiran akan munculnya generasi cemas. Fenomena ini patut menjadi perhatian serius, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap masa depan bangsa.

Kecemasan yang dialami generasi muda saat ini dipengaruhi oleh berbagai faktor kompleks. Pertama, persaingan yang semakin ketat dalam berbagai aspek kehidupan. Mulai dari persaingan masuk perguruan tinggi, mendapatkan pekerjaan impian, hingga mencapai kesuksesan finansial. Tekanan untuk berprestasi tinggi dan memenuhi ekspektasi orang tua serta lingkungan sekitar seringkali menimbulkan kecemasan yang berlebihan.

Kedua, ketidakpastian masa depan juga menjadi sumber kecemasan. Perubahan teknologi yang begitu cepat, ketidakstabilan ekonomi global, serta perubahan iklim yang ekstrem menciptakan rasa tidak aman dan khawatir akan masa depan. Generasi muda merasa sulit untuk merencanakan masa depan karena banyak variabel yang tidak dapat mereka kendalikan.

Ketiga, akses informasi yang mudah melalui internet justru dapat memicu kecemasan. Berita-berita negatif, hoaks, dan ujaran kebencian yang beredar di media sosial dapat menimbulkan perasaan cemas dan takut. Selain itu, perbandingan diri dengan orang lain di media sosial juga dapat memicu perasaan tidak puas dan rendah diri.

Sistem pendidikan perlu direformasi agar lebih menekankan pada pengembangan keterampilan, seperti kreativitas, pemecahan masalah, dan kemampuan adaptasi. Selain itu, pendidikan karakter juga perlu diperkuat untuk membangun generasi muda yang tangguh dan optimis.

Keluarga dan lingkungan terdekat memiliki peran penting dalam memberikan dukungan emosional dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan anak. Generasi muda juga perlu diberikan akses layanan kesehatan mental. Selain itu, mereka juga harus dibekali kemampuan menyaring informasi yang benar dan salah melalui peningkatan literasi digital.

Generasi emas Indonesia memiliki potensi yang luar biasa untuk membawa perubahan positif bagi bangsa. Namun, untuk mewujudkan potensi tersebut, kita perlu mengatasi masalah kecemasan yang sedang dihadapi generasi muda. Dengan dukungan dari berbagai pihak, generasi emas dapat tumbuh menjadi generasi yang produktif, kreatif, dan tangguh dalam menghadapi tantangan masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun