Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Romansa Kusuma (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Diary

Diary Pemuda Bersayap Hitam (Bagian 10)

19 Januari 2024   10:56 Diperbarui: 19 Januari 2024   11:03 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Diary Pemuda Bersayap Hitam (Bagian 10)

Demi apa aku menulis sebanyak ini. Iya, hanya demi kamu. Waktuku tak banyak. Hanya beberapa bulan mendampingimu. Yang mungkin akan kau lupakan atau untuk kau kenang.

Kian lama, aku melihat manusia semakin hancur. Banyak yang tidak belajar tentang hati. Mereka lebih banyak belajar tentang raga yang fana.

Otak boleh bertambah cepat. Tetapi kemampuan menggunakan hati bertambah pelan. Ya, kita tidak jangan memaksakan semuanya.

Yang lain, aku tak peduli. Hanya berharap kelas ini akan menjadi penerusku. Mungkin suatu saat nanti. Tidak sekarang. Aku saja, baru menyadari bahwa hati itu penting.

Terbukti, ketika raga mati. Yang tersisa adalah hati. Kita mengenal Nabi Muhammad yang hatinya sebaik-baiknya manusia. Kita tidak mengenal raganya. Karena tak mungkin kita mencontoh raganya, bukan?

Diary Yoga Prasetya untuk anak-anaknya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun