Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Tahun-Tahun yang Menyala (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tujuh Ratus Prosa yang Merindukan Surga

27 Desember 2023   05:03 Diperbarui: 27 Desember 2023   05:08 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tujuh Ratus Prosa yang Merindukan Surga

Tujuh ratus prosa terdiam menepi
hanya menonton gemerlap yang datang silih berganti
kau tahu mereka tersesat dan tak temui jalan pulang.

Surga yang dirindukan, tak pernah terjamah
hanya mendengar katanya di sana sumber kebahagiaan
kau tahu mereka layak, tetapi terhalang oleh kenyataan pahit bahwa mereka bukan siapa-siapa.

Pembiru memburu yang baru, tak pernah lagi menjamah yang bertahun-tahun berjuang
hanya membusuk di atap genteng semu
kau tahu mereka pun ingin diangkat dan berakhir di tempat paling utama.

Tujuh ratus prosa tertahan di gurun pagi
hanya mengiba dan meminta keajaiban
kau tahu mereka telah berjuang, nahasnya tertembak kenyataan.

Rindu telah menjadi napas panjang
hanya menjadi pilihan saja sudah girang dan merasa aman
kau tahu mereka salah jalan, tetapi mau apa dikata, itulah realitas.

Di bumi fana, mereka merangkak pelan
hanya mengandalkan keberuntungan yang terkadang tidak datang mendekat
kau tahu mereka anti menyerah dan enggan mengangkat bendera putih.

Tujuh ratus prosa rasanya tidak cukup
hanya angka yang menanti untuk dihapus
kau tahu mereka hanya apes terlahir di tangan yang buntung.

Dalam keheningan mereka bergumam
hanya Sang Raja tempatnya kembali
kau tahu surga itu bukan yang abadi, melainkan diabadikan oleh Waktu.

Situbondo, 27 Desember 2023
Puisi Yoga Prasetya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun