Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Romansa Kusuma (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Langit Pagi Berdusta

10 Agustus 2021   06:10 Diperbarui: 10 Agustus 2021   06:17 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Canva Yoga Prasetya

Ketika Langit Pagi Berdusta

Langit pagi membawa dusta tentang kemerdekaan. Sungguh hanya Dia yang Kuasa. Langit memikul gelap dan kemudian menjadi tangis penyesalan.

Langit pagi yang menangis berkata pada tanah, "kehidupan di dunia ini hanya senda gurau saja, dan kita akan kembali ke kampung akhirat."

Langit pagi mencoba menghibur dirinya sendiri. "Jangan bersedih, jangan berduka, jangan berdusta lagi. Masih ada waktu berbenah sebelum ajal tiba."

Langit pagi tetap sabar. Meski dianiaya angin dan segerombolan jin yang tak kasatmata. Pertolongan pasti datang, tidak ada yang bisa mengubah kemerdekaan-Nya.

Langit pagi berpaling sambil bertasbih menatap bintang yang tertutup. "Jika Allah menghendaki, tentu semua makhluk akan mengikuti petunjuk kemerdekaan. Semoga kita dijauhkan dari sifat bodoh."

Galaksi Bima Sakti, 1 Muharam 1443 H
Puisi Kemerdekaan Yoga Prasetya bagian 28

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun