Ayah lahir dari rahim ibu yang suci
saat dunia masih gagap teknologi
Ia tumbuh menjadi anak yang berbakti
sopan pada yang muda, santun pada yang mudi
remajanya diisi dengan belajar sepanjang hari
buku adalah sahabatnya yang tiada mengkhianati
ketika dewasa ia bekerja sepenuh hati
membabat alas hingga bertemu seorang bidadari.
Ayah mempersunting kekasih hati
dengan penuh cinta lahirlah bilik apresiasi
Ia membangun mahligai untuk kami
tak semegah Mataram, hanya berhias melati
Diusianya yang tak lagi bisa berlari
rambutnya memutih dengan pasti
raganya takmampu lagi menginjak bumi
tangis bagi kami dan sanak famili.
Ayah bersemayam di pesara priayi
Berbalut kain putih yang harum mewangi
Dalam kubur berteman malaikat dan kiai
Menerima doa dari keluarga yang ditinggali
Karena berpegang pada risalah Sang Nabi
Yang diajarkannya pada lain generasi
Sepanjang hidupnya ia selalu berdoa menyerahkan diri:
"Ya Tuhan, aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur, neraka, cobaan hidup, dan mati."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H