Basna, bek Kalteng United, dengan sigap merebut bola dan membuangnya ke luar lapangan. Skor babak pertama 0-0. Para penonton menyoraki pemain untuk lebih semangat di babak kedua.
Superstar memasukkan Beto untuk menambah amunisi serangan. Formasi Madura FC berubah menjadi 4-4-2 dengan dua striker. Ia berharap Beto dan Rakic bisa silih berganti menjadi "target man".
Strategi Kalteng United malah bertambah bertahan di babak kedua. Pelatih mereka menarik gelandang serang dan memasukkan bek tengah lagi. Apa yang sedang dipikirkan oleh Oliviera?
"Huh, sial. Mereka mengincar nilai seri pada pertandingan kali ini," ungkap Superstar sambil menendang rumput di sekitar garis luar lapangan.
Sesuai prediksi Superstar, tempo pertandingan di babak kedua menjadi sangat lambat. Setiap pemain Kalteng United mendapatkan bola, mereka menjaga bola di areanya sendiri seakan sedang bermain kucing-kucingan. Sementara itu, pemain Madura FC mencoba merebut bola dari mereka.
"Beto, Rakic rebut bolanya!" teriak Superstar kepada dua pemain depan yang enggan turun lebih ke belakang.
Peristiwa seperti ini sebenarnya pernah terjadi di Liga 2. Waktu itu ada gelandang seperti Abimanyu dan Imbiri yang berlari kencang merebut bola. Bahkan, Abimanyu bisa menjadi kartu As Superstar untuk memecahkan kebuntuan di sektor depan jika Rakic atau Beto sedang dijaga ketat oleh lawan.
Priittt priiiiit priiiiit
Pertandingan perdana Madura FC berakhir dengan skor imbang. Superstar terlihat kecewa dengan hasil ini. Oliviera mendekati pelatih termuda itu untuk mengajaknya salaman.
"Selamat datang di Liga 1 anak muda. Bagaimana rasanya bermain di Liga 1?" tanyanya dengan senang karena di laga tandang mereka bisa membawa pulang 1 poin.
"Ambyar," balas Superstar sembari tersenyum kecut.