Kelas malam pukul 18.00 WIB, seorang pemuda berusia 28 tahun membacakan karya puisi terbarunya tentang Cinta. Inilah puisi yang ia diciptakan ketika selesai beribadah kepada Tuhan.
"Perasaan yang mendalam, tidak ada lagi aku, kamu, hanya ada satu. Melayang menuju keajaiban batin, hanya datang sekali seumur hidup. Tenggelam bersama indahnya alam, melupakan luka yang diciptakan malam.
Mendengarkan musik-Nya, tak bisa diceritakan apa adanya karena penuh metafora. Melahirkan karya cipta kreasi bahagia hingga menemukan pengetahuan baru. Ternyata, begitu asyik belajar dari kosong menjadi penuh kembali kosong.
Muhasabah menguak rahasia, begitu nikmat merenungkan spiritualitas dan religiusitas. Jenuhnya materialis membuahkan tunduk menyerah secara emosi kognitif kepada Dia. Ketika berhasil menjadi sepenuhnya manusia, insan kamil di dunia."
***
Yopras, nama mahasiswa yang menulis puisi tersebut. Alumnus Universitas Negeri Malang dan Universitas Jember itu kini sedang menempuh S3 di UK. Sudah 119 hari ia duduk di bangku kuliah. Berkenalan dengan banyak orang.
Selama lima bulan belajar di UK, Yopras sudah menulis 119 artikel. Ia tak mau menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Tuhan kepadanya. Makanya, menulis setiap hari seperti kewajiban baginya.
"Yo.... Kamu kenapa sih gak nulis politik? Apa gak bosan menulis sastra setiap hari?" tanya Narto, kakak kelasnya yang paling populer.
"Aku menulis apa yang kusuka," jawabnya singkat.
"Kalau patokannya hanya yang kamu suka, bagaimana bisa kamu jadi populer di UK? Harusnya minimal tulisanmu disukai para dosenlah, biar masuk AU," ucap Narto.
"Aku pasrah aja, To," lagi-lagi ia membalas ucapan seniornya dengan singkat.